Review Buku Journey to Andalusia, Menikmati Perjalanan Sambil Menyaksikan Sejarah Islam

Saya mendapatkan buku Journey to Andalusia, saat menghadiri launching buku Journey to Andalusia di Gramedia, Central Park, pada tanggal 21 Januari 2017. Di sini saya bertemu langsung dengan penulisnya, Marfuah Panji Astuti, yang ternyata seorang wartawan dan juga seorang traveller blogger. Pantas catatan perjalanannya di buku ini sangat bagus.
Awalnya saya mengira Marfuah belum menikah, sehingga masih bisa bebas liburan kemana-mana, ternyata saya salah, dia sudah menikah dan perjalanan ini ditemani oleh suaminya, Lambang. Jadi sudah menikah tidak bisa menjadi alasan untuk tidak travelling. Mereka juga jalan-jalan ke Maroko dan Andalusia, dengan menggunakan satu paket perjalanan bersama ibadah umroh. Enak ya, jalan-jalan sambil beribadah sama suami. Berikut review-nya yaaa..

                                                      Judul : Journey To Andalusia
                                                      Penulis : Marfuah Panji Astuti
                                                      Penerbit : Bhuana Ilmu Populer
                                                      Genre : Non Fiksi, Traveller
                                                      Tebal : 190 halaman
                                                      Terbit : Tahun 2017
                                                      ISBN : 978-602-394-391-3

Blurb
Tidak banyak generasi muda Muslim yang masih mengetahui jejak sejarah Andalusia. Sebenarnya, Andalusia adalah sejarah yang paripurna, negeri sejuta cahaya, tempat segala hal hebat berawal. Islam pernah menyinari negeri itu dengan ilmu pengetahuan, peradaban, dan kemanusiaan selama 800 tahun. Lebih dari 2/3 sejarah islam ada di sana.

Kalkulus, algoritma, trigonometri, aljabar adalah hasil pemikiran ilmuwan muslim bagi kemajuan peradaban. Tanpa penemuan-penemuan itu, tidak akan ada revolusi digital yang kita nikmati saat ini. Catatan perjalanan ini bukan sekedar menjelaskan bahwa Islam pernah berada di Andalusia, wilayah yang kini bernama Spanyol, Portugal dan sebagian Perancis-bukan di Turki-tapi juga mengingatkan bahwa terang benderang itu bersumber dari Islam.

Buku Pertama Dari Seri Tiga Jelajah Daulah
Buku ini merupakan satu dari seri Jelajah Tiga Daulah: Journey To Andalusia, Journey To The Greatest Ottoman, Journey To Abbasiyah. Untuk buku kedua, bocoran Marfuah saat launching buku pertama, yaitu sudah 70 persen, berarti sebentar lagi buku kedua, Journey To The Greatest Ottoman akan di-launching dong, semoga bisa hadir lagi saat launchingnya.

Berawal Dari Dongeng Ayahnya
Banyak orang memulai sesuatu karena masa lalu. Marfuah yang sering didongengkan oleh ayahnya dengan dongeng sebelum tidur tentang kisah-kisah perjuangan islam, akhirnya bisa mewujudkan mimpinya datang dan melihat langsung negeri-negeri yang diceritakan oleh ayahnya.

Marfuah dan suaminya, mengikuti paket perjalanan ke Marolo dan Andalusia plus umrah. Setelah umrah selesai, mereka pergi ke Maroko, lalu ke Andalusia. Selain keindahan Islam yang ditemui, ternyata di Maroko juga ada jalan bernama “Rue Soekarno”(jalan Soekarno). Selain itu Marfuah juga menyaksikan dari atas mercusuar di Tanger, batas bertemunya laut Mediterania dan Samudra Atlantik, seperti yang tertuang dalam QS. Ar Rahman: 19, Dia biarkan air laut mengalir, sedang keduanya pula bertemu.

Belajar Sejarah Islam Sebelum Travelling
Marfuah menceritakan tentang bagaimana mempelajari tentang Andalusia, setahun sebelum perjalanan, yang kemudian dituangkan di blog-nya. Awalnya saya mengira, Marfuah mengajukan draft naskah perjalanan ke Andalusia kepada Gramedia untuk dijadikan buku, baru travelling, ternyata Marfuah benar-benar murni travelling untuk melihat langsung Andalusia, baru catatan perjalanannya, diminta Gramedia untuk dijadikan buku.

Dalam mempelajari Andalusia, Marfuah membaca buku “Sejarah Umat Islam” karya Prof. DR. Buya Hamka, buku “Bangkit dan Runtuhnya Andalusia” karya DR. Raghib As-Sirjani dan buku “99 Cahaya di Langit Eropa” karya Hanum Rais.

Bakar Kapalnya Dan Jadilah Pemenang!
Marfuah menyaksikan langsung perbukitan Gibraltar atau The Rock of Gibraltar, yang merupakan penghormatan pada Thariq ibn Ziyad dan pasukannya. Kisah keberanian membakar kapal, agar tidak bisa kembali ke negara asal, dan harus berjuang untuk menang, karena tidak punya pilihan.

Kisah yang selalu diceritakan oleh para motivator dalam seminar motivasi, tanpa menyebutkan tokoh di dalamnya, ternyata merupakan kisah heroik Thariq ibn Ziyad dan pasukannya. Dimana Thariq ibn Ziyad dengan 12.000 pasukannya berhasil mengalahkan 100.000 pasukan. Amazing!

… Mereka adalah manusia-manusia terpilih. Di siang hari mereka bertempur seakan tidak ada rasa takut sedikit pun. Di malam hari mereka menjelma menjadi ahli ibadah, khusuk bermunajad dalam rakaat-rakaat yang panjang di setiap Tahajudnya. Komandan pasukan yang pertama kali bertemu dengan pasukan Thariq ibn Ziyad, dalam suratnya pada Roderic, penguasa Spanyol pada saat itu menuliskan, “Apakah pasukan ini berasal dari penduduk bumi atau penduduk langit?” (Hal. 66)

Sejarah Yang Dibelokkan
Lalu dimanakah Andalusia itu? Turki? Bukan, ternyata Andalusia itu merupakan wilayah yang kini bernama Spanyol, Portugal dan sebagian Perancis. Namun Marfuah mulai merasakan kepedihannya saat sampai di Malaga.

Menginjakkan kaki di Andalusia. Mulai merasai kepedihan, Di Malaga, bertemu Antonia, “Tidak ada satu pun masjid yang tersisa. Semua sudah dihancurkan.”

Di Granada, melihat sebotol bir yang dinamai Alhambra Mezquita(Masjid Al Hambra) dijual seharga €3. Sungguh saya gelisah…
Marfuah yang paham dengan sejarah Daulah Umayyah, berdebat dengan local guide-nya, Antonia, yang menceritakan  sejarah kiblat Masjid Cordoba yang tidak menghadap Ka’bah yang ada di kota Mekah, melainkan agak menyerong, karena dendam Abdullah I dengan bani Abbasiyah, supaya tidak sama dengan yang dilakukan Daulah Abbasiyah di Baghdad.
Tapi menurut Marfuah, ketika masjid itu dibangun, ada gereja kecil di dekatnya. Bila seluruh bangunan akan dibuat menghadap ke arah Mekkah, maka gereja itu harus dihancurkan, tapi Abdurrahman 1 tidak menginginkannya dan sehingga dari luar bangunan masjid memang tidak lurus ke arah Mekkah, namun mihrab dan shaf di dalamnya tetap menghadap kiblat. (Hal. 72-73)
“Kalau tentang arah kiblat Masjid Cordoba, ini bukan sekadar tentang sejarah Daulah Umayyah, tapi ini masalah prinsip. Kami tidak mungkin salat tidak menghadap Ka’bah. Itu prinsip,” tegas saya.
Di akhir tour, Antonia menawarkan persahabatan kepada Marfuah dengan sekantung almond bersalut gula. Marfuah akhirnya memaklumi cerita yang didapat Antonia, merupakan cerita turun temurun yang didapatkan dari keluarganya. Sejarah islam memang secara sistematis telah dibelokkan. Biarpun Marfuah sempat berselisih dengan Antonia, banyak pelancong yang tidak peduli dan lebih suka shopping.

Berganti-ganti Local Guide
Marfuah dan suaminya mendapatkan banyak local guide, dari yang bernama Azis di Maroko, Antonia di Malaga, Radrigo di Al Hambra, Christopher di Mezquita, Carmen di Toledo sampai Madrid. Kenapa harus berganti-ganti local guide?
Di Spanyol, dan beberapa kota lainnya di Eropa, local guide hanya bisa beroperasi di wilayah sesuai dengan lisensi yang mereka punya. Umumnya, satu orang guide hanya mempunyai satu atau dua lisensi. Seperti Antonia, local guide yang kemarin menemani mengeksplorasi kota Malaga. Ia tidak bisa memandu kita di kota Granada, karena tidak mempunyai lisensi kota ini. Begitu pula Rodrigo yang menemani kita pagi ini di Granada. Ia tidak bisa menemani ke kota selanjutnya. Jadilah kita berganti local guide di setiap kota. (Hal. 83-84)

Tumbangnya Granada

Saat Marfuah berdiri di taman Jannah Al Arif, melihat istana Al Hambra. Di taman itu juga Sutan Baabdil, sultan terakhir kerajaan Granada, menyaksikan bentengnya terkepung oleh pasukan Isabella dan Ferdinand.  Umat muslim berjuang habis-habisan mempertahankan Granada, tapi sejarah tetap dibelokkan.

Kondisi ini tidak sama dengan catatan sejarah yang banyak beredar. Diceritakan kejatuhan Andalusia digambarkan dengan bobroknya keluarga kerajaan yang memilih bermaksiat ketimbang memikirkan rakyatnya…. (Hal. 91)

Perkataan Yang Terkenal

Selain kisah keberanian Thariq ibn Ziyad, ada juga perkataan terkenal yang kadang dikutip para motivator.

….Jalan itu adalah The Last Moor’s Sigh, tempat terakhir Sutan Baabdil memandang Al hambra dengan kepedihan yang tak tertahankan. Dia terpekur sambil berdoa, sampai sang ibu yang mendampingi perjalanannya mengeluarkan perkataan yang terkenal itu, “…. jangan kau tangisi seperti perempuan, untuk sesuatu yang tidak bisa kau pertahankan laiknya laki-laki.” Qadarullah wama sya’a fa’ala (Takdir Allah adalah apa yang dikehendaki-Nya, dan itu pasti terjadi) (Hal. 92)

Perayaan Jatuhnya Kota Granada

Marfuah dan rombongan memasuki kota Cordoba bertepatan dengan perayaan Dia de la Toma yang digelar setiap awal Januari, yang ternyata merupakan perayaan jatuhnya kota Granada.

Hari ini kita memasuki kota Cordoba bertepatan dengan perayaan Dia de la Tama yang digelar setiap awal Januari. Setelah kembali Jakarta saya baru tahu kalau perayaan Die de la Tama  adalah perayaan untuk menandai perisitiwa jatuhnya Kota Granada ke tangan Isabella dan Ferdinand pada 2 Januari 1492. Perayaan itu masih terus diselenggarakan selama 523 tahun. Dewan Islam di Spanyol sudah meminta supaya perayaan itu dihentikan, namun pemerintah Spanyol tidak memenuhinya. (Hal. 101)

Ilmuwan Yang Mengubah Dunia
Di Cordoba lahir berbagai ilmuwan seperti Abulcasis, yang lebih dari 1.000 tahun lalu, menghentikan pendarahan saat melakukan operasi pembedahan tengkorak manusia. Al Idrisi yang karyanya menjadi rujukan Christopher Columbus dan Vasco Da Gama. 

Saat Islam Menjadi Tren Dan Lambang Kemajuan
Sama seperti sekarang, saat dunia barat dianggap maju, segala sesuatu dari Barat dianggap trend. Dari cara berpakaian, berpikir, makanan, semuanya yang berkiblat ke Barat dianggap maju. Dulu saat Islam maju, orang Nasrani dan Yahudi juga mengikuti cara berpakaian Islam dan juga belajar di Universitas Islam.

Tiba-tiba langkah saya terhenti menyaksikan sebuah patung besar. Sesosok pria mengenakan gamis khas Arab lengkap dengan surban, duduk sambil memegang buku yang diletakkan di pangkuannnya. Saya baca keterangan di bawahnya. Tertulis Moses Maimonides 1135-1204. Maimonides itu bukannya Ibn Mayman, teolog Yahudi yang belajar di Universitas Al Qarawiyyin, di Kota Fes, Maroko yang sempat saya kunjungi sebelumnya ya?”… (Hal. 102)

Souvenir Berbentuk Jamon (Paha Babi)
Di toko souvenir sebelum memasuki Mezquita, Marfuah dan rombongan mampir di toko souvenir yang menjual souvenir berbentuk jamon. Ternyata tradisi ini awalnya untuk menyakinkan bahwa setiap penduduk tidak ada lagi yang beragama Islam, dengan menggantung jamon di depan rumahnya. Sehingga lama kelamaan menggantung paha babi berlanjut bahkan sampai ke bentuk souvenir.

Kemegahan Masjid Cordoba
Marfuah menyaksikan dengan sedih, betapa masjid Cordoba sudah bukan menjadi masjid lagi. Keindahan kaligrafi bertuliskan ayat-ayat Allah bahkan sudah tergantikan dengan patung dan gambar. Kaum muslimin pun sudah tidak bisa melaksanakan sholat lagi di masjid ini.

Sudut mata saya hangat. Hati saya terluka. Mihrab itu kini berada di balik terali besi. Sebuah penghalang yang sengaja dipasang supaya orang tidak bisa salat di area itu. Pemasangan terali besi ini bukannya tanpa insiden. Beberapa kali orang-orang Islam yang datang mencoba salat di tempat itu, namun ditangkap oleh petugas keamanan dengan alasan membuat onar. (Hal. 117)

Toledo, Pusat Penerjemahan Buku
Andaikan tidak ada penerjemahan buku-buku berbahasa Arab ke bahasa Latin, akankah dunia Barat maju seperti sekarang? Carmen, local guide menceritakan kalau Toledo merupakan pusat penerjemahan buku melalui universitas-universitasnya.

Marfuah yakin, para alim itu mengamalkan ilmu yang bermanfaat dengan menyebarluaskan hasil temuannya ke dalam berbagai bahasa.

….. Setelah manusia meninggal, semua amalam anak Adam akan terputus, kecuali tiga perkara. Salah satunya ilmu yang bermanfaat. Terbukti ilmu mereka masih dimanfaatkan manusia hingga berabad kemudian. (Hal. 131)

The April’s Fool Day
Bagi yang suka dengan kejahilan pada April Mop atau April Fool’s Day, inilah kenyataan yang tidak bisa dipungkiri. Bahwa April Mop itu benar-benar merupakan peristiwa pembantaian umat muslim di Andalusia.

Pada hari itu, 1 April 1487, penduduk muslim diperdayai. Mereka dijanjikan bisa keluar dari Andalusia, tapi kapal-kapal mereka malah dibakar dan mereka dibantai saat itu juga. Begitulah April Mop, hari ketika orang boleh memperdayai orang lain.

Ziryab Dan Kehancuran Andalusia
Marfuah menyaksikan tarian flamenco dan membayangkan sosok Ziryab. Kehadiran Ziryab, seniman dari Baghdad, di Andalusia mengajarkan syair, dendang, dan tarian serta etika makanan. Ziryab membuat Andalusia terlenakan oleh dendangan, sehingga orang berpaling dari ulama dan kitab-kitabnya.

Andalusia pun mulai mundur selama 200 tahun dan tumbang.

Tambahan Lain-lain
Selain itu di bagian belakang buku, Marfuah juga membahas tentang para tokoh Andalusia, warisan Andalusia untuk dunia dan yang paling plus minusnya travelling sendiri atau mengikuti travel agent. Selain itu ditambah juga dengan tip moslem traveler ke Eropa.

Membaca buku ini seperti berkunjung langsung ke Andalusia. Saya seperti mendengarkan langsung Marfuah berbicara tentang Andalusia, karena penjelasannya sangat lengkap dan detil. Selain keindahan lokasinya, pembuktian sejarah Islam, makanan-makanan khas Andalusia juga tentang uang yang dikeluarkan untuk membeli makanan, minuman, oleh-oleh dan juga masuk ke sebuah lokasi. Belum lagi bagaimana caranya memesan via online bila mau melakukan travelling mandiri.

Berharap suatu saat saya bisa pergi ke Andalusia, sambil membawa buku ini sebagai pegangan selama tour. Amin ya rabbal alamin.

Similar Posts

8 Comments

  1. Waaaah…buju bagus nih. Kisaran harganya berapa? Saya cek sendiri via priceza.co.id deh. Saya pernah dengar Andalusia juga tempat berkembangnya Islam, tapi baru tahu dari sini kalau April Mop merupakan sejarah kelam Islam 🙁 Pemandangan di sana bagus banget…pernah lihat di TV. Biasanya puasa2 gini ada yg bahas Andalusia di TV, lagi saya tunggu

  2. Harganya sekitar 110 ribu. Iya bagus banget mba artha, membaca buku ini seperti kita datang sendiri ke Andalusia. Merinding dan hampir menangis, membaca kalimat-kalimat Marfuah yang menyentuh. Bener, April Mop dibuat sedemikian rupa oleh Barat sehingga seperti permainan belaka. COba baca deh, pasti ketagihan mau baca sampai akhir. Aku malah belum pernah lihat tayangan Andalusia di TV, pasti bagus banget ya! Jadi pengen lihat, biasanya di TV mana? Makasih ya sudah berkunjung..:p

  3. Kadang memang traveling itu sebelumnya harus banget ya mba kita cari tau bagaimana tempat wisata itu, sejarahnya dan lainnya… Jangan asal jalan dan ngunjungi saja. Skrg malah lebih enak, semua bisa dilihat melalui internet..jadi gak ada alasan lagi deh

Tinggalkan Balasan ke Wichan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *