Review Novel Redemption

Sejak mendapatkan kiriman novel ini dari mba Leyla Hana, saya sudah menduga novel ini bernuansa sihir, karena covernya gambar seorang gadis dengan kedua tangannya yang bercahaya. Belum lagi latar belakang gadis itu dengan dua patung dan gambar gerbang seperti gerbang kastil. Kebetulan saya jarang sekali membaca novel bernuansa sihir, kecuali Harry Potter tentunya. Novel ini cukup memberikan saya tantangan untuk dibaca sampai tuntas. Walaupun rasanya covernya agak suram, tapi ternyata novel ini menyajikan cerita percintaan remaja yang cukup unik. Mau tahu lebih banyak mengenai novel ini? Baca review saya dulu yaaa…


                                                        Judul : Redemption

                                                        Penulis : Veronique Launier
                                                        Penerbit : Grantika Publishing
                                                        Genre : Dark Romance
                                                        Tebal : 402 halaman
                                                        Terbit : Tahun 2013
                                                        ISBN : 978-602-18147-2-7


Blurb: 

MENURUT RAMALAN, MONTREAL AKAN MENJADI LAUTAN API. RAMALAN ITU TIDAK MEMPERHITUNGKAN PERAN AUDE.

Guillame de Rouen terjebak dalam wujud gargoyle selama tujuh dekade hingga rapalan mantra Aude Vanier tanpa sengaja membebaskannya dan mengembalikannya ke wujud aslinya: pemuda tujuh belas tahun.
Demi mendapatkan kekuatan untuk mempertahankan wujud sebagai manusia, Guillaume menguntit gadis yang telah membebaskannya itu dan mendapati bahwa ramalan kuno Iroquois mengenai kehancuran Montreal akan segera terwujud. 
Guillaume dan Aude dapat menghentikannya dengan memadukan kekuatan. Namun kekuatan Aude berkaitan dengan kelompok penyihir berusia ratusan tahun yang gagala Guillaume lindungi tujuh puluh tahun silam, yang mengakibatkannya terjebak dalam wujud batu. Kali ini, jika mereka gagal, dunia akan sepenuhnya berbeda.

Membaca novel ini membawa kita ke sisi lain dari kota Montreal, di Kanada, dimana masih ada penyihir, ramalan, dan mantra Mohawk.
Di awal cerita, kita disajikan dengan kejadian saat seorang gadis, bernama Aude diserang oleh sekelompok laki-laki dan secara tidak sengaja merapalkan bahasa Mohawk. Rapalan mantra itu membuat Guillaume dan keluarganya terbebas dari wujud batu gargoyle dan menjadi manusia kembali. Namun Guillaume menjadi penasaran kenapa Aude bisa membebaskannya dan mulai mengikuti Aude. Siapakah gadis itu sebenarnya?

“Aku harus menemukan gadis itu.” (Hal. 11)

Aude memang gadis yang cantik, tapi dia merasa ada yang salah pada dirinya, ditambah lagi orang-orang yang menyerangnya tanpa sebab. Ibunya tidak bisa diharapkan membantunya karena ibunya sendiri rapuh dan mempunyai masalah akut dengan laki-laki. Sedangkan kedua sahabatnya, Lucy dan Patrick, yang juga kedua anggota bandnya, Lucid Pill, juga tidak bisa diharapkan, karena mereka sibuk sebagai sepasang kekasih. Aude merasa sendirian. Hanya band Lucid Pill yang menjadi sandarannya. Kehadiran Guillaume, seorang pemuda tampan yang asing, membuat Aude merasa semakin ketakutan. Apa yang diinginkan pemuda itu darinya?

“Apa kau membuntutiku?’ aku berusaha terdengar bosan, tapi kata-kata itu membuat detak jantungku mengencang. Apalagi alasannya berada di sini? Ia di pihak yang sama dengan si penyerang itu. Bagaimanapun juga, ia tidak benar-benar berniat menyelamatkanku. (Hal. 63)
Di sisi lain, Guillaume, ingin mengetahui bagaimana caranya Aude membebaskan dirinya dan keluarganya dari wujud batu gargoyle. Guillaume tidak didukung oleh keluarganya yang terdiri dari Garnier, Antonie, dan Vicent. Tapi Guillaume mengabaikan mereka dan tetap mendekati Aude.

Aude terpaksa menerima keberadaan Guiilaume, yang pantang menyerah mendekatinya, sampai akhirnya bertemu dengan Robert, dukun sihir, dalam Lokakarya Drum. Robert menceritakan mengenai ramalan Generasi Ketujuh. Aude merasa terlibat dalam ramalan itu.

Dan kemudian kata-kata lelaki yang menyerangku kembali terngiang: “Kau bisa mewujudkan ramalan itu.” (Hal. 139)

Sayang Aude masih belum percaya sepenuhnya kepada Guillaume, sampai akhirnya untuk mendapatkan kepercayaan Aude, Guillaume memperlihatkan wujud aslinya sebagai gargoyle. Aude akhirnya mempercayai Guillaume, mereka menjadi dekat, apalagi setelah terkuak kebenaran, bahwa Aude merupakan keturunan penyihir de Rouen, yang dulu dijaga oleh Guillaume beserta keluarganya.

Guillaume terus membimbing Aude melatih kemampuannya mengendalikan esensi untuk melawan penyerangnya. Di saat sekarat, Aude akhirnya berhasil melatih esensinya dan menyembuhkan dirinya sendiri. Keluarga Guillaume akhirnya mempercayai kalau Aude merupakan keturunan penyihir de Rouen dan menerima keberadaan Aude.

Vicent menyandarkan tubuh ke kursi di hadapan Aude. “Selamat bergabung di keluarga ini, my dear.” (Hal. 296)

Sementara itu cinta mulai tumbuh di antara Aude dan Guillaume, namun Aude masih ragu. Aude merasa  Guillaume menyukainya karena ia keturunan Audree, saudara perempuan Marguerite, seorang penyihir de Rouen yang dulu dicintai Guillaume. Di sisi lain Guillaume, mulai menyadari bahwa dirinya dulu tidak sungguh-sungguh mencintai Marguerite yang merupakan kekasih Garnier.  Tapi Guillaume malah merasa mencintai Aude.

Lalu bagaimanakah kelanjutan hubungan Aude dengan Guillaume, akankah cinta mereka akan bersatu? Benarkah ramalan generasi ketujuh tentang kehancuran Montreal akan terwujud?

Novel ini sangat menarik bila kita merupakan penyuka bacaan bermuatan sejarah, karena banyak fakta seperti: patung gargoyle yang benar-benar ada sejak abad pertengahan, suku Mohawk dengan bahasa Kanien’keha, arsitektur dan sejarah di Montreal.  Sang penulis, Veronica, mampu menciptakan cerita seakan-akan nyata, dengan sudut pandang Guillaume dan Aude yang bergantian. Semuanya terasa masuk akal dan benar-benar terjadi. Veronica mampu membuat kita percaya adanya gargoyle dan ramalan Montreal.

Hanya sayang, banyak kata-kata yang tidak familiar di telinga saya termasuk nama-nama tokohnya, mungkin karena menggunakan bahasa Perancis. Ditambah lagi, karena penulis ingin menceritakan secara detil, ada beberapa bagian dalam cerita yang membutuhkan konsentrasi penuh saya dalam membacanya, termasuk alurnya yang agak lambat.

Secara keseluruhan saya merasa novel ini cukup menarik. Untuk rate 1-5, saya memberikan rate 4 untuk novel ini. Dengan membaca novel ini, saya jadi mengetahui ada kota Montreal, di Kanada, yang dijadikan setting lokasi. Kudet banget deh saya, hehe…

Menurut saya, novel yang bagus itu yang menyajikan fakta bukan secara cerita fiksi, sehingga pembaca benar-benar merasakan ceritanya nyata. Sehingga menambah pengetahuan bagi pembacanya, seperti novel ini. Gimana? Mau baca novelnya? Beli dong buruan..:p

Similar Posts

One Comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *