Workshop Membuat Karya Tulis Sejarah Oleh Perpustakaan Nasional
“Menulis sejarah itu harus dilengkapi dengan data, usahakan data primer,” Hendi Jo, memberikan penjelasan. Namun kendalanya memang sangat susah mendapatkan data primer alias informasi langsung dari pelaku sejarah, bila kejadiannya sudah sangat lama.
Kalian suka membaca tulisan sejarah?
Pasti sudah mengenal tulisan Hendi Jo, salah satunya di tabloid online historia. Tulisan yang seperti cerita pendek mengalir itu ternyata menggunakan sumber tulisan yang banyak dan mengutamakan data primer.
Dalam workshop Membuat Karya Tulis Sejarah pada Rabu, 7 Agustus 2024 yang diadakan Perpustakaan Nasional, di Jalan Medan Merdeka Selatan, Hendi Jo, hadir membawakan materi mengenai ‘Teknik Pemanfaatan dan Penelusuran Data Sejarah’. Menceritakan pengalamannya dalam mengejar para lansia yang mempunyai berbagai cerita sejarah unik.
“Saya pernah ditelpon oleh adik saya, yang memberitahukan ada seorang pengemis bekas prajurit Siliwangi. Wah saya minta pengemisnya ditahan dan saya langsung menemuinya,” tutur Hendi Jo. Hal ini memang diterapkan Hendi Jo, karena menurutnya kalau ditunda 2-3 hari, lansianya bisa meninggal duluan. Sedih.
“Pernah saya menunda bertemu seorang lansia, telpon mau minta ketemuan, eh kata keluarganya bapak sudah meninggal. Sejak itu saya tidak pernah menunda lagi untuk ketemu.” Sesal Hendi Jo.
Biasanya para lansia baik itu orang tua, kakek, dan buyut bisa jadi merupakan salah satu pelaku sejarah. Sangat disayangkan bila tidak dijadikan tulisan, karena cerita dari orang yang mengalami langsung ini bisa mengandung hal-hal penting yang terlewatkan ditulis dalam sejarah.
Hendi Jo menambahkan sangat penting sebelum bertemu langsung dengan orang yang akan diwawancara, kita mencari tahu segala informasi mengenai orang tersebut. Bisa dengan membaca buku dan dokumen terkait, untuk pengayaan referensi. Bila memungkinkan menanyakan mengenai berita yang sedang populer menyangkut orang tersebut dalam wawancara.
Selain Hendi Jo, ada juga Andreas yang membawakan materi ‘Menulis Sejarah Secara Populer’, Andreas menekankan point ‘peristiwa kecil yang bermakna besar.’ “Bila kita mau jeli mendengarkan cerita-cerita masa lalu yang mengalir dari orang terdekat, akan banyak informasi tentang sejarah yang bisa kita dapatkan.”
Andreas juga menambahkan saat pergi ke suatu tempat biasanya langsung mencari sebuah makanan dan cerita latar belakang makanan tersebut. Ini bisa menjadi sebuah tulisan yang menarik, bagaimana sebuah makanan bisa menceritakan sejarah kehadiran suku tertentu di dalam masyarakat. Bahkan sejarah bisa memprediksi masa depan menurut Andreas. Segala sesuatu di dunia ini memang berulang.
Pada konsultasi naskah, saya mengajukan naskah saya berjudul ‘Sekelumit Kisah Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia’ yang menceritakan tentang sekilas almarhum kakek saya yang eks polisi di Bukit Tinggi, Sumatera Barat yang menjadi korban PRRI. Perang saudara yang tak terelakkan ini mengakibatkan almarhum kakek saya meninggal dunia karena diserang oleh tentara PRRI di hutan.
Tulisan tersebut mendapatkan masukan dari narasumber untuk mencantumkan sumber tulisan yang lebih lengkap dan pemaparan tentang kisah ibu saya yang lebih panjang selama PRRI.
Workshop ini diadakan oleh Perpustakaan Nasional dalam membuat karya tulis dalam memanfaatkan koleksi perpustakaan nasional.
Dihadiri dengan berbagai perwakilan sekolah dan universitas, penyajian workshop ini sungguh menarik. Sejarah bukan merupakan bidang yang diminati oleh banyak orang.