Garis Hitam Project, Sebuah Asa Tumbuh di Lapas Perempuan Mamuju, Sulawesi Barat

Rekam jejak kejahatan menjadi halangan bagi para eks narapidana dalam mencari pekerjaan setelah lepas dari penjara. Terutama bagi para eks narapidana perempuan, akan lebih susah lagi untuk mencari penghasilan.

Pernah tidak terbayang harus ditahan bertahun-tahun karena sebuah kejahatan?

Menjalani hidup berhari-hari bahkan puluhan tahun di dalam lapas, keluar  juga belum tentu bisa bekerja. Apalagi masyarakat biasanya masih menilai buruk, karena kasus kejahatan yang sudah berlalu. Padahal sudah bertaubat dan menyesali perbuatannya. Namun begitulah kenyataan yang harus dihadapi.

Bisa dibayangkan perasaan para eks narapidana akan menjalani hidupnya nanti setelah bebas. Pasti sedih sekali. Masih bisakah mereka berbaur lagi dengan masyarakat dan memulai hidup baru?

Garis Hitam Project bersama Pak suladin yang merupakan relawan dari Muna, Sulawesi Tenggara melaksanakan praktek pembuatan anyaman dari bahan daun pohon sagu bersama Masyarakat Pemasyarakatan Lapas Perempuan Kelas 3 Mamuju. Sumber foto : Instagram @garishitamproject

Garis Hitam Project, Bermula Dari Undangan Menjadi Pembicara di Lapas Perempuan Mamuju

Bermula dari undangan M. Rifai menjadi pembicara bertemakan lingkungan di Lapas Perempuan Kelas III Mamuju, Sulawesi Barat . M. Rifai tergerak hatinya menceritakan kondisi lapas dan para narapidana perempuan kepada ketiga sahabatnya yaitu Achmad Nur, Ulfa Purnamasari, dan Muh. Arifsan.

Ketiga sahabatnya lalu memutuskan bersama melihat langsung keadaan para narapidana, yang diceritakan oleh M. Rifai. Mereka terenyuh karena penyambutan para narapidana yang ramah. Mungkin para narapidana ini tidak menyangka akan didatangi oleh para anak muda yang penuh semangat.

Ternyata juga kondisi lapas dan narapidana tidak seseram yang diceritakan dalam film-film. Kalau para narapidana itu sering berkelahi dengan sesamanya, dan juga mereka tipe orang yang kesenggol sedikit langsung marah. Tidak seperti itu. Kondisi lapas dan para penghuninya ternyata hangat dan penuh senda gurau.

Para narapidana ini tetap saja perempuan biasa seperti yang ditemui di luar lapas. Namun banyak kisah sedih yang membuat M. Rifai dan ketiga sahabatnya dengarkan, salah satunya cerita eks narapidana yang memilih tetap bertahan di lapas, karena perlakuan masyarakat, terutama keluarganya tidak menyenangkan. Kondisi diskriminasi terhadap eks narapidana perempuan ini,  yang membuat mereka berempat merasa harus berbuat lebih untuk para narapidana.

Mereka lalu membentuk Garis Hitam Project pada tahun 2019, sebuah  program yang memberikan kesempatan kepada para narapidana untuk belajar mengenai bisnis dan proses pembuatan produk. Di tengah keterbatasan waktu para personilnya, mereka tetap berusaha menjalankan program ini.

Berkat Festival Inklusi  di Mamuju, untuk membangun kebersamaan yang inklusif bersama Para Warga Binaan Pemasyarakatan, disabilitas, Komunitas, Organisasi dan masyarakat Umum  pada 15 Februari 2020 bersama 15 komunitas sosial lainnya. Akhirnya pada tahun 2020, terbentuklah badan hukumnya. Socialpreneur pemberdayaan narapidana dan eks narapidana perempuan di LPP Kelas III Mamuju, Sulawesi Barat, menjadi fokus utamanya.

Garis Hitam Project bersama Pak suladin yang merupakan relawan dari Muna, Sulawesi Tenggara melaksanakan praktek pembuatan anyaman dari bahan daun pohon sagu bersama Masyarakat Pemasyarakatan Lapas Perempuan Kelas 3 Mamuju. Sumber foto : Instagram @garishitamproject

Narapidana Perempuan Lebih Rentan Tidak Mendapatkan Pekerjaan Dibandingkan Laki-laki

Perempuan secara fisik lebih lemah daripada laki-laki, sehingga saat mereka kembali ke masyarakat, mereka tidak mempunyai pilihan dalam bekerja. Berbeda sih sama laki-laki yang bila tidak diterima kerja, masih bisa bekerja di sektor yang membutuhkan fisik, seperti tukang bangunan.

Padahal para narapidana dan eks narapidana perempuan ini juga mempunyai hak untuk bekerja dan hak lainnya seperti orang lain. Tidak boleh membeda-bedakan mereka hanya karena masa lalu yang kelam. Kesetaraan untuk semua dengan tidak sepatutnya kita menghakimi mereka, karena setiap orang layak mendapatkan kesempatan kedua.

Memang gerakan mereka tidak main-main, terutama sekali memberikan kembali harapan hidup pada para narapidana dan eks narapidana perempuan. Kalau hidup tidak berhenti setelah dipenjara, mereka masih mempunyai banyak harapan untuk diperjuangkan dan dipertahankan. 

Hal ini yang membuat Garis Hitam Project hanya mengkhususkan program mereka untuk narapidana perempuan. Diisi dengan pembelajaran serta pendampingan dan pelatihan selama tiga bulan, Garis Hitam Project berusaha mengembangkan potensi atau narapidana serta membangun semangat wirausaha setiap narapidana. Diharapkan para narapidana nantinya mampu menjadi pelaku bisnis yang mampu bersaing di pasar. Garis Hitam Project mengajarkan prosesnya dari cara memulai bisnis, membuat produk hingga pemasaran. 

Selain itu para narapidana perempuan juga merasa bergairah dengan pelatihan-pelatihan dan materi yang diberikan. Selama ini kebanyakan dari mereka bosan dengan rutinitas binaan yang hanya seputar ibadah. Adanya Garis Hitam Project memberikan suasana baru pada rutinitas di lapas.

Pengembangan skill bagi para narapidana dan eks narapidana di Lapas Perempuan kelas III Mamuju, salah satunya adalah pelatihan menjahit, pembuatan roti, membuat gantungan kunci, membuat tote bag, menganyam tas, memasak, dan membuat kue.

Pelatihan menjahit para narapidana dan eks narapidana perempuan kelas III Lapas Perempuan Mamuju. Sumber foto : Instagram @garishitamproject

Apresiasi Dan Pemasaran Produk Garis Hitam Project

Hebatnya dalam perkembangannya, Garis Hitam Project dengan diwakili oleh Achmad Nur, memenangkan Satu Indonesia Award Tahun 2021 di bidang Kewirausahaan dengan kegiatan Garis Hitam Project.

Gerakan mereka mendapatkan apresiasi dari berbagai pihak seperti Pemerintah. Bantuan berupa peralatan untuk produksi roti dan pemanggang roti dan mesin jahit dari  Pemerintah Kabupaten Mamuju dan Gubernur Sulawesi Barat, serta BUMN. Selain itu Garis Hitam Project juga bekerjasama dengan Agen Tourism dari USA Radiant Life, dimana narapidana dan eks narapidana perempuan di LPP Kelas III Mamuju, Sulawesi Barat bisa berinteraksi langsung dengan utusan mahasiswa pascasarjana dari USA .

Alhamdulillah, produk-produk hasil buatan mereka mendapatkan respon yang bagus dalam penjualan. Garis Hitam Project memasarkan produk mereka melalui event-event pameran seperti pameran UMKM di Mamuju,  festival Pandemic Underwater Festival 2020.,dan juga media sosial instagram. Tidak ketinggalan kedatangan para mahasiswa Pasca Sarjana USA, juga membuka saluran pemasaran internasional.

Pamer tas hasil buatan tangan para narapidana dan eks narapidana kelas III Lapas Perempuan Mamuju. Sumber foto : Instagram @garishitamproject

Garis Hitam Project membuka harapan para narapidana dan eks narapidana di kelas III Lapas Perempuan Mamuju, dalam merajut masa depan mereka kembali. Tidak ada yang tidak mungkin bila mau berusaha, asalkan ada kemauan dan dilakukan bersama-sama. Socialpreneur seperti yang dilakukan oleh Achmad Nur dan teman-temannya, memberikan contoh kepada kita, kepedulian mereka melalui Garis Hitam Project membuahkan hasil.

Similar Posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *