Buku Narasi Mematikan, Kekuatan Narasi Kunci Pemikat Dana
“Niat bapak saya itu baik, seperti meminta saya salat atau melarang saya merokok. Tapi cara dia itu lho yang menyakitkan hati. Bapak selalu pakai kekerasan. Ia tidak sungkan memukul saya berkali-kali agar saya mau salat.” (Munir Kartono, Eks Pencari Dana Teror)
Dari kecewa pada bapaknya, dan kehilangan sosok Ibu di rumah karena harus bekerja menjadi buruh pabrik. Munir pun tumbuh dewasa dengan membawa luka masa kecil.
Tidak disangka, energi berlebih dari kekecewaan itu membawa Munir masuk dalam jaringan teroris Indonesia. Berkenalan dengan M. Fachri, Munir pun berbaiat kepada ISIS. Munir kemudian akrab dengan almarhum Bahrun Naim(bergabung dengan ISIS di Suriah pada tahun 2014).
Narasi indah Bahrun Naim mengenai perjuangan mencari dana di internet sebagai bentuk manifestasi jihad, membuat Munir tertarik. Berawal dari membuka akun Paypal dan website palsu, berbagai cara dilakukan Munir dan Bahrun Naim untuk mendapatkan dana.
Daftar Isi
Buku “Narasi Mematikan” Kekuatan Narasi Menjadi Kunci
Betapa narasi itu kini menjelma menjadi senjata mematikan bagi siapa saja hingga bisa merenggut nyawa dan akal sehat.
Narasi. Apa sih narasi itu. Bukannya sama dengan cerita ya? Ternyata beda lhoo…
Nah pada launching buku “Narasi Mematikan” oleh Dr. Noor Huda Ismail dan Screening Film Documenter, pada hari Kamis, 27 Juli 2023 di Universitas Paramadina, Jakarta. Diadakan diskusi dengan moderator Zora Sukabdi, Dosen Universitas Indonesia menghadirkan 5(lima) narasumber, yaitu :
- Dr. Noor Huda Ismail, Direktur Eksekutif Kreasi Prasasti Perdamaian
- Dr. M. Subhi-Ibrahim Ketua Program Magister Ilmu Agama Islam, Universitas Paramadina
- Dr. Mirra Noor Milla, Lektor Kepala, Fakultas Psikologi & Wakil Kepala Laboratorium Psikologi Politik, Universitas Indonesia
- Munir Kartono, Credible Voice
- Hendro Fernando, Credible Voice
Dr. Noor Huda menjelaskan kalau cerita adalah jalinan kisah masa lalu. Sedangkan narasi adalah tafsir baru yang diberikan oleh yang memakai narasi, untuk mereka men-justifikasi aksinya. Para teroris di Indonesia menggunakan narasi yang menarik dalam mencari dana.
Dalam bentuknya, narasi dapat disiarkan dengan dua cara, baik verbal maupun non verbal.
Opening Speech oleh Prof. Didik J. Rachbini M.Sc., Ph.D. Rektor Universitas Paramadina menyampaikan tidak bisa over dosis dalam penanganan teroris. Tetap ada orang-orang dengan nasionalisme-nya yang sebaiknya dibiarkan, agar intelektual mereka berkembang.
Sedangkan menurut Dr. M. Subhi-Ibrahim, Ketua Program Magister Ilmu Agama Islam, Universitas Paramadina, buku ini kaya dengan data mengisi ruang kosong kajian terorisme yang selama ini analis-nya lebih ke bagaimana mengerem terorisme, tapi buku ini menyasar pada pendanaan.
Dr. Mirra Noor Milla, Lektor Kepala, Fakultas Psikologi & Wakil Kepala Laboratorium Psikologi Politik, Universitas Indonesia, mengatakan Dr. Noor Huda menarasikan buku ini dengan renyah. Semoga buku ini bisa didengar oleh orang yang terlibat dalam penanganan maupun kepedulian akan permasalahan terorisme dan pendanaan, bisa mengambil manfaat dari buku ini.
Selanjutnya menurut Dr. Noor Huda, buku ini menceritakan para pencari dana teror dalam melakukan aksi-aksi mereka ternyata telah mengalami transformasi. Tidak hanya merampok, kini kelompok-kelompok tersebut juga memperoleh pendanaan melalui jalur-jalur formal seperti mendirikan LSM, yayasan, lembaga pendidikan, serta memakai teknologi baru seperti cryptocurrency. Semua ini dilakukan mereka dengan menggunakan narasi yang menarik.
Kisah Munir Kartono, Si Pencari Dana
Salah satu tokoh eks pencari dana teror, yaitu Munir Kartono terjebak sebagai pencari dana teror. Serem ya. Munir melihat potensi media sosial, website dan kemudahan zaman sekarang dalam menggunakan internet, membuka peluang pencarian dana teror berkedok ayat-ayat agama.
Sebenarnya bukan merupakan hal mustahil sih di Indonesia. Pada tahun 2022 aja, Indonesia menduduki peringkat pertama sebagai negara paling dermawan di dunia versi World Giving Index (WGI) 2022.
Sebagai bangsa yang gemar sedekah, dan selalu berpikiran “husnudzon” pada lembaga amal, membuat pengumpulan dana menjadi mudah. Dimana dana yang terkumpul digunakan untuk segala hal yang berhubungan dengan teror seperti mendanai keluarga para teroris.
Kisah Hendro Fernando, Si Penerima Dana
Kebalikan dari Munir, Hendro malah menampung penyaluran dana dari ISIS. Saat itu Hendro menerima uang sekitar US$ 100 ribu atau sekitar 1,3 milyar pada tahun 2015, lewat bantuan sahabatnya, Irkham Fuadi untuk mengambil paket berisi uang dari Turki.
Hendro kemudian menerima lagi dana kurang lebih 400 juta pada periode Agustus-November 2015. Dana tersebut ada yang diserahkan ke Filipina dan selebihnya ke Indonesia.
Selain Munir dan Hendro, diceritakan pula kisah dua narasumber lainnya, yaitu Arif Budi Setyawan dan Ika Puspitasari.
Dr. Noor Huda Ismail dan Ruangngobrol.id
Siapa sebenarnya Dr. Noor Huda Ismail?
Ketertarikan Dr. Noor Huda Ismail pada isu terorisme menginisiasinya membentuk Yayasan Prasasti Perdamaian serta media komunitas www.ruangobrol.id. Dengan misi untuk merehabilitasi mantan-mantan kombatan dengan cara dan pemahaman yang diyakininya, yakni mendorong peran credible voice atau para mantan terpidana terorisme yang telah meninggalkan jaringan lamanya
Buku “Narasi Mematikan” yang launching ini merupakan buku keduanya. Buku pertamanya, “Temanku, Teroris?” terbit pada tahun 2010.
Selain itu sebagai akademisi dan aktivitas sosial, Dr. Noor Huda Ismail juga memproduksi beberapa film dokumenter di antaranya Jihad Selfie, Pengantin, Seeking The Imam, Cubs of Caliphate, dan masih banyak lagi.
Penasaran sama buku “Narasi Mematikan?”
Yuk bisa pesan PO dengan harga Rp. 199.000,- dengan menghubungi admin buku ruangobrolid@gmail.com
Ukuran buku lumayan besar yaitu 21 cm x 29,7 cm sebanyak 264 halaman. Penerbit: Kreasi Prasasti Perdamaian.
Sumber Pustaka :
- Diskusi pada Launching Buku Narasi Mematikan
- Press Release Launching Buku Narasi Mematikan
- https://id.wikipedia.org/wiki/Bahrun_Naim
- https://baznas.go.id/news-show/Indonesia_Kembali_Dinobatkan_Negara_Paling_Dermawan_di_Dunia,_BAZNAS_Apresiasi_Kebaikan_Muzaki