Film Glo Kau Cahaya, Kisah Nyata Atlet Renang Disabilitas Papua
Strength does not come from winning. Your struggles develop your strengths. When you go through hardships and decide not to surrender, that is strength (Arnold Schwarzenegger)
Saat takdir buruk menimpamu, akankah kau berhenti mengejar mimpi?
Hidup dengan neneknya dan para sahabat (Idho, Julvri, dan Eliza) yang mendukung dan mencintainya membuat Gloria, perempuan atlet renang Papua selalu bersemangat. Cita-citanya masuk Universitas Gajah Mada(UGM) di Yogyakarta, lewat jalur prestasi olahraga pun berhasil digapai.
Gloria sejak kecil bercita-cita akan menjadi mahasiswi di UGM, sama seperti almarhum ibunya dulu. Kabar keberhasilan Gloria, membuat nenek dan para sahabatnya bahagia.
Sayang hidup tidak selalu seindah angan. Adakalanya angin sepoi-sepoi berubah menjadi tornado, memporak-porandakan semuanya dalam sekejab. Begitu pula hidup Gloria dengan masa depan terjamin, tiba-tiba runtuh seketika.
Terjatuh dengan keras di lantai membuat kaki Gloria menjadi lumpuh. Kenyataan yang menghancurkan harapan Gloria. Kedua kakinya tidak bisa digerakkan, sehingga harus bergantung pada kursi roda. Semangat dari nenek dan para sahabatnya, tidak kunjung membuat Gloria kembali bangkit.
Apalagi Gloria mempunyai trauma akibat kecelakaan pesawat terbang kedua orang tuanya. Kenangan tentang ibunya kembali menghampiri mimpi-mimpinya.
Bagi atlet renang seperti Gloria, bagaimana bisa berenang bila tanpa menggunakan kaki? Berjalan normal saja sudah tidak bisa dan harus menggantungkan diri dengan orang lain. Gloria merasa dirinya seorang disabilitas yang tidak ada harapan.
Saat Gloria berusaha bangkit dengan menjadi atlet renang disabilitas, Gloria kembali mengalami cobaan pelecehan seksual di kolam renang. Ini membuat dirinya kembali terguncang.
Akankah Gloria kembali meraih kesuksesan dalam bidang olahraga renang yang dicintainya?
Kisah Nyata Atlet Renang Perempuan Disabilitas Dari Papua
Film ini ternyata berdasarkan kisah nyata Gloria, seorang gadis atlet renang difabel Papua, yang berhasil menjuarai lomba renang atlet difabel pada Pekan Paralimpik Nasional (Peparnas) 2021 di Papua.
Ber-setting Papua dan Yogyakarta, film ini sangat memanjakan mata, melihat pemandangan di sana. Opening film ini langsung menyajikan laut di Papua yang sangat indah dan bersih. Anak-anak berenang gembira di laut, dengan Gloria duduk di atas jalanan kayu.
Belum lagi panorama hijau menyambut Glo bersama para sahabatnya melintasi jalanan Papua dengan mobil Jeep. Saat Gloria dan Idho mencoba olahraga Paralayang dari atas bukit. Membuka mata saya sebagai orang yang belum pernah datang, kalau Papua memang mempunyai keindahan alam yang eksotis.
Selain itu kearifan lokal kota Yogyakarta tidak kalah manis diangkat oleh Ani Ema. Mengambil gambar dengan lebih menyoroti budaya Yogyakarta dengan gamelan dan jalan-jalan di Malioboro.
Hanya sayang adegan bernyanyi Julvri hanya sekali, padahal sangat menghibur. Di trailer pun saya sempat mengira kalau film ini musikal. Sebagai putra daerah yang pintar menyanyi rap, Julvri punya potensi seperti para artis kulit hitam di Amerika untuk dikembangkan bakat bernyanyi.
Mengajak anak, suami dan keponakan saya untuk menonton ternyata tidak sia-sia. Dengan berlabel SU(Semua Usia) film ini mengajarkan banyak hal positif dalam hidup. Kebersamaan juga penting, selain semangat dan keahlian. Kita juga bisa menjadi atlet, bela negara dalam bentuk olahraga.
Penting juga sih adanya film seperti Glo_Kau Cahaya ini, di tengah kepungan film yang money oriented, yang tidak jelas maknanya.
Ani Ema Susanti Sang Sutradara, Pekerja Migran Indonesia Berprestasi
Awal mengetahui film Glo_Kau Cahaya disutradarai Ani Ema Susanti saya sempat kaget. Biasanya Ani Ema membuat film documenter, dan terakhir film Donor Asi juga meraih penghargaan.
Momen dimana Gloria menjadi depresi, saya menilai hal itu sangat manusiawi. Siapapun kita akan melakukan seperti yang dilakukan Gloria. Bila rencana hidupnya berhenti tiba-tiba di tengah jalan.
Karya-karya film Ani Ema biasanya memang mempunyai nilai moral yang sangat menyentuh. Tidak jarang membuat penonton menangis. Saya pun terenyuh melihat penggambaran support system utama adalah keluarga, orang-orang sekeliling Gloria. Ani Ema ingin menyampaikan pesan berhasil menggapai mimpi, tidak bisa sendirian, tapi butuh dukungan orang-orang terdekat.
Momen dimana Gloria menjadi depresi pun, seperti ungkapan diri Ani Ema yang ingin menyampaikan, hal itu sangat manusiawi. Siapapun kita akan melakukan seperti yang dilakukan Gloria. Bila rencana hidupnya berhenti tiba-tiba di tengah jalan. Hal terpenting kita bisa bangkit kembali, walau dengan tertatih-tatih.
Pertama kali saya mengenal karya Ani Ema saat menyaksikan Eagle Awards tahun 2007. Sebagai eks pekerja migran Indonesia berprestasi di Hongkong. Titik balik Ani Ema saat mengirimkan naskah ke panitia Eagle Awards, yang menceritakan dirinya sendiri. Menggunakan uang hasil bekerja di negeri orang, untuk kuliah meraih mimpi, bukan beli tanah atau bangun rumah seperti para pekerja imigran lainnya.
Sekarang Ani Ema sudah merambah di dunia film bioskop. Idealismenya tidak berubah, selalu berusaha membuat karya yang memberikan inspirasi bagi para penontonnya.
Tanggal Rilis : 9 September 2023
PH : Bhuana Art Sinema
Produser Eksekutif : Hamka Handaru
Sutradara & Penulis : Ani Ema Susanti
Pemain : Tatyana Akman, Kevin Royano, Ratna Riantiarno,
Mamat Alkatiri, Monalisa Sembor, Cak Percil, Dani Aditya dan Putri Nere