Tetesan Darah Donor Bukan Untuk Dijual
Calo donor darah. Saat keluarga pasien membutuhkan pendonor darah tapi tidak tahu harus kemana. Calo donor darah berkeliaran menawarkan pendonor, bahkan di rumah sakit itu sendiri.
Harga satu kantung darah berkisar ratusan ribu sampai satu juta rupiah. Nilai uang yang sangat besar bagi keluarga pasien. Bisa dibayangkan nominal uang yang harus dikeluarkan, kalau membutuhkan berkantung-kantung darah untuk sekali transfusi. Padahal keluarga pasien juga mengeluarkan uang selama perawatan.
Saat suami saya hendak mendonorkan darah di salah satu rumah sakit di wilayah Jakarta. Didatangi oleh seorang perempuan yang kesulitan mencari darah untuk anaknya yang sedang dirawat.
“Apa bapak dibayar untuk donor darah?” tanyanya. Suami menggelengkan kepala dan menjelaskan kalau dia melakukannya sukarela, untuk adik teman kantor yang menderita Thalassemia. Memang suami menjadi salah satu pendonor rutin setiap 6 bulan untuk adik temannya.
Perempuan itu terlihat sedih, “Saya bingung harus mencari kemana pendonor untuk anak saya.”
Darah. Banyak penyakit yang memerlukan transfusi darah, terutama penyakit yang secara rutin memerlukan transfusi darah contohnya thalasemia. Penyakit kelainan darah karena kurangnya hemoglobin (Hb) yang normal pada sel darah merah, dan salah satu penyembuhannya dengan transfusi darah. Namun stok darah tidak selalu ada atau kadang pendonor rutin berhalangan. Sehingga calo donor darah memanfaatkannya untuk menjual darah.
Praktek jual beli darah ini sudah berlangsung sejak sangat lama. Terutama saat permintaan darah sangat banyak, sedang stok darah terbatas di Bank Darah Rumah Sakit dan Palang Merah Indonesia. Calo donor darah menawarkan harga darah pendonor dengan nominal uang tak wajar.
Kondisi ini memang sangat menyedihkan. Cerita demi cerita tentang kesulitan mendapatkan darah mengalir. Namun dibalik kesedihan, membuka peluang bagi calo donor darah mencari mangsa bagaikan vampire. Demi tetesan darah untuk sebuah kehidupan yang harus dipertahankan, berlembar-lembar uang ratusan ribu harus dikeluarkan.
Namun tidak semuanya calon pendonor berorientasi dengan uang. Masih banyak orang-orang yang mau menyumbangkan darahnya secara gratis untuk kemanusiaan. Sayangnya baik keluarga pasien dan calon pendonor sama-sama minim informasi, sehingga tidak bisa bertemu.
Menghubungkan Keluarga Pasien Dengan Calon Pendonor Darah
Ada pasien yang butuh darah dengan waktu cepat. Hanya sayang kaum kerabat dan kenalan tidak ada yang bisa menjadi pendonor. Di tempat lain, ada calon pendonor darah yang ingin mendonorkan darah, tapi tidak ada yang memintanya menjadi pendonor.
Informasi. Menjadi hal penting dalam mempertemukan keluarga pasien dan calon pendonor. Terutama pada waktu pandemi melanda selama kurang lebih dua tahun. Permintaan donor darah sangat melonjak tinggi.
Blood For Life hadir menjawab kegelisahan, menjadi penghubung keluarga pasien yang memerlukan donor darah dengan calon pendonor. Sejak didirikan 19 Maret 2009 oleh Valencia Mieke Randa, Blood For Life bergerak memenuhi permintaan darah dan juga edukasi donor darah untuk masyarakat. Mas Aldi menuturkan sudah sekitar tiga ribu donor darah se-Indonesia yang telah disalurkan.
Mas Aldi Rizaldi, sosok pemuda berkacamata kelahiran tahun 1992 yang terlihat sederhana, ramah dan santun. Seperti pemuda kebanyakan, sekilas tidak ada yang terlihat istimewa pada penampilannya. Setelah berbincang tentang Blood For Life di rumahnya wilayah Depok pada 3 Desember 2022, terlihat sorot mata menyiratkan semangat. Mas Aldi bercerita awal bergabung Blood For Life tahun 2013 menjadi relawan. Saat itu masih menjadi mahasiswa di sebuah Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah di Surabaya. Ia mengikuti kegiatan donor darah di kampusnya, dan ditawari untuk bergabung menjadi relawan. Tanpa pikir panjang mas Aldi menyanggupinya.
Sekarang mas Aldi sudah hijrah ke Depok, Jawa Barat. Aktivitas keseharian sebagai guru Agama Islam di sebuah SD Islam di Kalisari, Jakarta Timur. Tidak menyurutkan semangatnya tetap menjadi Koordinator Admin IGD Virtual – Blood For Life Indonesia. Jabatan ini tidak menganggunya sebagai seorang guru, karena pengecekan permintaan donor dan follow up admin, dilakukan pada malam hari.
Membawahi tiga puluh admin website dan media sosial, tidak merepotkan bagi mas Aldi. Untuk website sebanyak dua puluh admin, twitter dan instagram sebanyak sepuluh admin. Mereka bekerja dari pagi sampai tengah malam, mengecek permintaan donor secara berkala.
Bukan seperti dugaan saya sebelumnya, dimana Blood For Life bergerak dengan sistim kerja secara offline dengan adanya kantor dan mempunyai beberapa staf. Ternyata cukup koordinasi secara virtual melalui whatsapp grup, website dan media sosial. Sesimpel itu.
Biasanya keluarga pasien yang membutuhkan transfusi darah, meminta dari bank darah Rumah Sakit atau PMI. Bila stok darah menipis dan PMI meminta ganti darah sedangkan keluarga pasien tidak menemukan calon pendonor, maka keluarga pasien dapat mengisi formulir permohonan kebutuhan pendonor di halaman muka website, www.blood4life.id. Keluarga pasien juga bisa mengirimkan pesan ke akun @Blood4LifeID di Twitter dan Instagram. Nanti semuanya akan diproses oleh tim admin dengan mencarikan calon pendonor.
Untuk kegiatan lainnya, seperti edukasi donor darah melalui seminar, mengadakan kegiatan donor darah bersama Palang Merah Indonesia (PMI), dan bakti sosial. mas Aldi dan para relawan akan terjun langsung untuk kegiatan-kegiatan tersebut. Terutama untuk kegiatan donor darah, menjaring para calon pendonor, agar mau mendonorkan darah.
Apakah calon pendonor harus dibayar? Tentu saja tidak menurut mas Aldi. Bahkan untuk calon pendonor yang datang ke rumah sakit atau PMI sesuai permintaan keluarga pasien, transportasi menggunakan biaya sendiri. Walau ada keluarga pasien yang memberikan sekedar uang ‘terima kasih’ kepada calon pendonor. Itu terserah keluarga pasien dan calon pendonor. Dan tentu saja Blood For Life pun tidak mendapatkan uang sepeser pun.
Tidak ada dana dukungan untuk operasional. Bekerja dengan ikhlas mengeluarkan dana dari kocek sendiri. Memanfaatkan sistim online untuk beroperasi, tanpa adanya kantor offline. Sekelumit pernyataan yang membuat saya terhenyak. Rasanya tidak mungkin sebuah komunitas sosial kemanusiaan berjalan tanpa adanya pendanaan. Apalagi sekarang ini, resesi ekonomi 2023 di depan mata.
“Memang ada operator Telekomunikasi yang support dana, tapi diarahkan untuk mendanai kuota para admin virtual selama 6 bulan. Selain itu ada operator lain juga yang membuatkan website,” ungkap Aldi Rizaldi.
Tidak heran, tanpa ada keterikatan dan dana operasional, relawan seluruh Indonesia bebas masuk dan keluar. Kendala ekonomi, menjadi penyebab utama bagi relawan yang memutuskan keluar. Entah bagaimana rasanya menjadi relawan di Blood For Life. Satu sisi menghabiskan waktu, tenaga, pikiran dan biaya sendiri, sangat tidak mudah. Sisi lainnya, bergerak untuk kemanusiaan sangatlah besar kontribusinya untuk kesehatan masyarakat.
Mas Aldi sendiri mengakui, para pendonor juga diminta bergabung menjadi relawan untuk membuka chapter-chapter di daerah, sebagai perpanjangan tangan dari pusat. Untuk sekarang sudah ada Chapter yang cukup aktif seperti Chapter Surabaya, Chapter Makassar, Chapter Jakarta, Chapter Bekasi, Chapter Manado, Chapter NTB, dan Chapter Yogyakarta.
“Suka ada permintaan donor dari daerah-daerah di pelosok seperti Jombang. Bisa dicarikan hanya pendonor dari Surabaya bila berkenan mendonorkan darah di Jombang. Bila tidak mau, kami tidak bisa memaksa.”
Susahnya Bergerak Mencarikan Donor Plasma Konvalesen Saat Pandemi Covid 19
Stok darah tidak selalu ada. Mas Aldi menjelaskan tentang batas waktu darah yang bisa disimpan di PMI maksimal 35 hari. Pada kenyataannya, banyaknya permintaan darah dan berkurangnya pendonor, membuat stok darah cepat menipis. Biasanya terjadi pada bulan Ramadhan, saat orang mengurangi aktivitas dan juga pandemi Covid 19 yang membutuhkan donor Plasma Konvalesen.
Mengenang kembali peristiwa paling menantang sepanjang sejarah Blood For Life yaitu pandemi Covid 19. Rata-rata permintaan calon pendonor yang masuk sepuluh per hari, saat pandemi permintaan pendonor Plasma Konvalesen meningkat drastis sekitar dua ratus per hari. Ini membuat mas Aldi, para admin dan relawan lainnya, harus turun mengadakan kegiatan donor darah. Bisa dibayangkan bagaimana riuhnya. Bergerak mencari pendonor, tapi terbentur dengan pembatasan kegiatan offline.
“Pandemi Covid 19 merupakan tantangan terberat, karena permintaan donor Plasma Konvalesen mencapai rata-rata 200 per hari. Namun jumlah pendonor terbatas.”
Rasa sedih dan bahagia tercampur aduk dalam momen pandemi. Rasa bahagia di kala keluarga pasien berhasil mendapatkan pendonor, tapi juga sedih bila tidak mendapatkannya. Walaupun menurut mas Aldi, transfusi darah tidak selalu menjadi penolong. Ada kalanya, pasien yang sudah mendapatkan transfusi tetap meninggal. Di sini mas Aldi dan relawan lainnya hanya bisa pasrah dan menerima kenyataan. Tidak ada yang sanggup menyembuhkan semua penyakit, selain Tuhan, manusia hanya bisa berikhtiar salah satunya transfusi darah.
“Saat ada keluarga pasien yang terbantu dengan donor darah. Kami ikut merasa bahagia. Walau ada juga yang tetap meninggal setelah mendapatkan transfusi.”
Mas Aldi sempat menyayangkan nomor handphone pribadinya yang sempat tersebar pada waktu pandemi. Whatsapp-nya menjadi penuh dengan pesan banyak sekali meminta bantuan donor Plasma Konvalesen , sehingga handphone sempat hang dan juga menganggu ranah pribadi.
Belum lagi bila ada keluarga pasien yang marah-marah kala pandemi, bila permohonan donor Plasma Konvalesen-nya tidak dapat dipenuhi saking banyaknya permintaan. Ini yang membuat mas Aldi dan para admin menjadi sedih. Padahal mereka sudah berjuang semaksimal mungkin, tapi bila tidak mendapatkan calon pendonor bisa berbuat apa. Blood For Life mencarikan calon pendonor sesuai dengan permintaan yang lebih awal masuk. Sehingga bila lebih lama masuk permintaannya, otomatis akan lebih lama prosesnya.
“Pernah ada yang telepon, Gimana sih ini Blood For Life follow up-nya lama?”
Donor Darah Tidak Hanya Untuk Kemanusiaan
Mas Aldi tersenyum saat saya tanyakan kenapa bertahan selama sembilan tahun di Blood For Life. Apakah kemanusiaan? Ternyata itu bukan jawaban satu-satunya. Donor darah selain menyehatkan pasien penerima transfusi darah, juga menyehatkan pendonor.
“Sekarang donor darah dari 3 bulan, menjadi 2 bulan sekali. Itu menyehatkan buat badan, karena donor darah secara teratur dapat menurunkan kekentalan darah.”
Selain itu kesempatan berkenalan dengan banyak orang, bersosialisasi, silaturahmi merupakan bentuk kebahagiaan tersendiri selama menjadi koordinator admin. Sesama relawan dan admin pun, walau tidak bisa selalu bertemu, namun bila ada acara pernikahan relawan, bisa bertemu langsung. Rasanya sudah seperti saudara.
Untuk pertemuan gathering para admin dan relawan sebanyak lima puluh orang, secara offline dengan menginap di Puncak, pernah diadakan tahun 2012, sebelum dirinya menjadi relawan. Hanya setelah itu tidak pernah ada lagi kegiatan menginap. Hanya bertemu saat kegiatan, komunikasi di whatsapp grup dan meeting zoom kala pandemi untuk menjaga semangat para relawan.
Sosok mas Aldi ini entah mengapa sangatlah langka menurut saya di zaman sekarang. Kiprahnya selama di Blood For Life, mengantarkan mas Aldi mendapatkan menjadi salah satu penerima SATU Indonesia Awards tahun 2021. Hadiah sebesar lima juta rupiah yang didapatkan, diberikan seluruhnya ke Blood For Life untuk operasional. Ke depannya bulan Maret 2023, untuk pergantian koordinator admin Virtual, mas Aldi mengajukan untuk memenuhi kebutuhan penambahan konten video untuk Reels. Semoga terwujud mas.
Entah sampai kapan mas Aldi akan terus berada di Blood For Life. Dukungan keluarga membuatnya terus bertahan sampai sekarang ini. Semoga semakin banyak mas Aldi lainnya, yang ikut bergerak untuk kemanusiaan, walau tanpa dukungan dana sekalipun. Amin yra.
Ya Allah sedihnya denger cerita ada yang jual belikan darah seperti ini ya kak? Padahal kalau orang yang sedang di rawat dan butuh darah kadang dalam situasi yang sangat sulit termasuk kondisi keuangan yaaa…
Btw salut untuk mas Aldi, semoga beliau selalu sehat dan menginspirasi banyak orang untuk berbuat kebaikan juga
Baru tau kalau ada vampire donor darah, ya ampuh ada aja calonya, semoga masih banyak orang yg sukarela mendonorkan darahnya. Semoga Mas Adi dan Blood for life menjadi salah satu pemenang
Semoga makin banyak manusia baik seperti mas Aldi ya yang bisa menolong lebih banyak manusia lain. Dan semoga Allah mudahkan segala urusannya. Aamiin
Donor darah itu memang luar biasa ya Mba karena aku nemuin sendiri anak yang berkebutuhan khusus sehingga sebulan sekali transfusi darah untuk keberlangsungan hidupnya. Masya Allah banget
Salut untuk para relawan di Blood for Life. Sudahlah kerjanya ikhlas tanpa bayaran, sering dapat komplain pula dari keluarga pasien.
Miris emang ya, kok ada aja calo yang jadi memperjual belikan darah.
Menjura untuk para vplunteer garda depan!
semoga mas Aldi dkk selalu memiliki hati yang besaaar sebesar benua antartika dan sabar – semoga diberi kesehatan paripurna juga aamiin
Wuaah siapa itu jahat sekali memperjualbelikan darah? Kukira selama ini ya free, ternyata bahkan darah aja ada calonya yaa. Emang gak berperikemanusiaan nih.
Btw aku pernah sekali aja donor mbak zaman aku msh SMA trus aku abis itu pingsan ternyata aku anemia huhu.
Trus agak trauma donor.
Pas kuliah mau donor lagi eh BB aku kurang jd ditolak.
Pas jd ibu2 gini aku blm berani donor lg, tapi pengen sh krn katanya ok jg buat kesehatan kan? Kyknya mau berpartisipasi jg insyaAllah udah gk anemia lg dan BBku tambah montok hehe.
Blood 4 Life ini sangat membantu yaa TFS infonya
Aku cuma bisa kasih support berupa doa untuk mas Aldi dan kawan-kawan garda depan yang sebagai volunteer melakukan hal baik ini
Good job mas aldi, orang baik. Jadi ingat sampai usia sekarang belum pernah sekalipun donor darah, jadi malu ih
Nano-nano rasanya saat membaca artikel ini. Perjuangan Mas Aldi dkk luar biasa. Apalagi operasional ditanggung sendiri. Orang luar mungkin mengira kegiatan yang profitable atau minimal ada support dana dari luar. Sehat selalu untuk Mas Aldi dan 10 admin lainnya.
Mbaaakk kelupaan td siang mau komen 403 haha maafkaann. Baru inget.
Aku jd keinget pertama kali donor darah saat SMA abis itu aku pengsan ternyata aku anemia. Abis itu takut donor.
Pas kuliah mau donor lagi ditolak krn BB kurang.
Nah saat jd emak2 gini aku jd pengen deh donor lg krn udah gk anemia dan BB udah bagus, katanya kalau rutin ok buat kesehatan yaa. Bisa bantuin org juga.
Keren banget Blood for Life moga bisa membantu lbh banyak yg butuh donor. Ikut mengutuk yg jualan darah dan memanfaatkan situasi dan derita org lain huufftt
Di rumah kami semua pendonor, suamiku bahkan sempat dapat penghargaan dari PMI dan diundang karena udah donor sebanyak 50 kali lebih. Semoga makin banyak pendonor karena memang betul kalo manfaat yang dirasakan itu tidak hanya pasien yang butuh darah. Pendonor pun juga terjaga kesehatannya
MashaAllah~
Keperluan darah apalagi sejak pandemi ini sangat tinggi sekali ya..
Masku juga sempat dibutuhkan banyak kali karena tahu memiliki plasma konvalesen. Semoga gerak dari Mas Aldi untuk Blood for Life ini terus membantu dan dimudahkan dalam aktivitasnya.
iya, pernah ngalamin juga dari keluarga adek ipar, kejar-kejaran waktu pas butuh darah konvalesen. Amin yra, semoga dimudahkan dan dilancarkan terus komunitas ini.
amin yra, kita doain bareng-bareng agar tetap eksis ya komunitasnya
MasyaAllah terimakasih sudah memberikan inspirasi mas Aldi dengan Blood for Lifenya.
Aku selalu gagal buat donor, tapi insyaAllah selalu berusaha mendukung kalau di kotaku ada acara beginian
bener bagus ini komunitasnya, harus dapat dukungan dari semua pihak
Donor darah adalah salah satu caraku untuk menjaga kesehatan Mak. Dengan jaga kesehatan, InsyaAllah bisa rutin donor darah. Cukup sedih saat tau ternyata ada juga praktek kotor calo darah begitu. Semoga oknumnya bisa dihukum dan jumlahnya berkurang jauh di kemudian hari :’