Nyaman Kerja Di Rumah Sambil Memantau Informasi Dari Pusat Informasi Corona
Sejak Gubernur Jakarta Anies Baswedan menyatakan Jakarta darurat Covid-19, dan kegiatan sekolah serta pekerjaan dikerjakan dari rumah. Saya sudah menyarankan suami untuk work from home, walau pada kenyataannya tidak bisa dilakukan.
Ingat sekali pada tanggal 20 Maret 2020, sekolah SD komunitas si kakak juga diliburkan dan murid diminta belajar di rumah. Dengan diberikan tugas harian dari para guru di sekolah, untuk dilaksanakan di rumah.
Daftar Isi
Memantau Pusat Informasi Corona Memantapkan Suami Work From Home
Saya mulai khawatir dengan suami yang masih juga bekerja di kantor, begitu juga suami. Kami rutin memantau pusat informasi corona seperti Kumparan.
Apalagi kantor suami yang menyewa ruangan di salah coworking di Pacific Place, merupakan salah satu mall pusat kota yang ramai dikunjungi orang. Bukan tidak mungkin akan menyebarkan virus Corona di sana.

Sudah lagi suami agak susah diminta untuk menggunakan masker selama bekerja, dengan alasan jarang orang yang menggunakan masker di sana. Akhirnya saya cuma bisa meminta suami membawa hand sanitizer di dalam tas, bekal makanan yang sehat, dan juga menyuruhnya rutin minum vitamin.
Saat Work From Home Suami Akhirnya Terwujud
Sampai akhirnya Pacific Place dinyatakan ditutup, dan suami tidak bisa ngantor. Akhirnya sempat selama tiga hari, dia hanya makan tidur dan main sama anak di rumah. Saya dan suami sih senang-senang saja, karena pertumbuhan orang yang meninggal corona sudah mencapai ratusan.
Tapi masalahnya, kalau begini terus akan dapat gaji apa nggak? Akhirnya saya meminta suami untuk membawa pulang PC dan printernya dari kantor. Biar produktivitas kantor tetap berjalan, dan suami tetap aman di rumah.

Alhamdulillah bos-nya setuju, saya diminta suami untuk turut membantu membereskan peralatan dan perlengkapannya di kantor. Supaya tidak ada yang ketinggalan dan berjalan lancar.
Pada hari yang ditentukan, saya dan suami yang naik motor sampai di Pacific Place. Agak deg-degan juga melihat jalanan pusat kota yang mulai sepi. Apalagi restoran dan mall yang dilalui juga sudah tutup semua.
Saat masuk Pacific Place, masih ada aktivitas di lantai bawah, Kemchicks masih dibolehkan beroperasi. Tapi pas sudah naik ke lantai dasar, mulai tidak ada kehidupan.
Eskalator dan lift mati, akhirnya harus jalan kaki ke atas. Dan saat sampai di coworking space, tempat gelap dan sepi, untung tidak sendirian. Akhirnya PC dan printer kantor suami selamat mendarat sampai di rumah.

Kendala Yang Biasa Dihadapi Saat Work From Home
Setelah suami sudah bekerja di rumah, terdapat berbagai kendala yang harus dihadapi. Karena memang tidak mudah bagi suami menyamakan ritme kerja di kantor dengan di rumah. Biasanya bisa kerja nyaman di kantor dari jam 9 pagi sampai jam 5 sore saat sebelum wabah corona. Sekarang bekerja di rumah, mendapatkan banyak gangguan.
- Anak yang minta perhatian
Pastinya semua anak senang melihat orangtuanya ngumpul di rumah, tidak pergi kemana-mana. Dan mereka tahunya, terutama anak kecil, kalau orang tua di rumah, bisa melayani mereka kapanpun. Dari bermain bersama, makan bersama, minta dimandiin, minta dicebokin, dan sebagainya.
Padahal walau bekerja di rumah, tetap ada deadline pekerjaan yang harus diselesaikan. Dan juga kadang ada rapat online yang harus dihadiri via aplikasi meeting seperti zoom. Kalau sudah begini, membagi waktu dengan anak menjadi agak susah.
- Banyak suara-suara keras dan bising
Tipikal rumah di Jakarta yang padat penduduk, dengan keramaian suara motor dan mobil. Mungkin kalau berada di tengah kota terasa sepi, karena adanya wabah corona. Tapi di pinggiran Jakarta seperti rumah saya tetap saja ramai, karena masyarakatnya kurang peduli, minimal suara motor bolak-balik.
Belum lagi ditambah pengamen yang muncul di depan rumah, sama suara televisi anak menonton kartun, hehe.. Jauh sekali sama suasana kantor yang senyap, paling banter berisik suara printer aja.

- Ancaman gaji tidak sesuai seperti biasanya
Ini yang kadang menjadi pertaruhan kalau bekerja di rumah. Apakah tetap akan digaji? Apakah tetap akan mendapatkan THR? Apakah gaji akan dipotong? Berbagai pertanyaan pasti timbul, karena kalau semua kerja di rumah, takut produktivitas kantor menurun.
- Kebosanan
Bagi tipe yang senang berada di luar rumah, berada di rumah memang membosankan. Mungkin dulu sepulang kerja bisa nongkrong sebentar di cafe, sambil menunggu macet berkurang. Tapi sekarang, mau tidak mau harus di rumah. Mengelilingi rumah dari depan sampai belakang, tidak bisa kemana-mana.
- Tegangan listrik yang tidak cukup
Untuk PC dan printer suami saat dipasang dan dinyalakan di kontrakan samping rumah, listrik sempat turun. Makanya dipindahkan ke rumah, dan alhamdulillah listriknya kuat. Ternyata membawa dua PC dan satu printer besar makan listrik yang lumayan juga.
- Kuota internet yang lebih besar
Untuk kerja di rumah pastinya butuh kuota internet. Dari mengirimkan file pakai email, whatsapp-an, sampai meeting online via zoom. Ini membutuhkan kuota internet, walau tidak banyak tapi tetap lebih besar dibandingkan sebelumnya.
- Dan lain-lain
Resiko lain juga ada sih, seperti saya yang lupa colokan listrik PC dan printer dipakai suami. Saat saya matikan, suami yang sedang mengerjakan desain kartu di PC, dan belum disimpan, akhirnya hilang desainnya. Dan harus membuat ulang hehe..

Hal Yang Dilakukan Supaya Nyaman Work From Home
Pastinya sebagai seorang istri saya harus mendukung dan menyemangati suami, supaya nyaman kerja dari rumah. Walau kadang tidak bisa maksimal. Yang pasti sih harus berusaha meng-kondisikan suasana rumah, agar suami bisa fokus bekerja.
Selain itu suami juga harus mempunyai ketentuan yang dipahami dan disepakati oleh semua anggota keluarga. Supaya bisa tetap nyaman bekerja walau dari rumah.
- Menyalakan PC sesuai jadwal bekerja di kantor
Jadi suami tetap menyalakan komputer setiap pagi setiap jam 8 pagi, dan dibiarkan menyala sampai jam 5 sore hari. Supaya kalau ada pekerjaan yang meminta untuk dikerjakan, bisa langsung dikerjakan saat itu juga. Tidak menunda pekerjaan.
- Memantau berita untuk mengetahui keadaan di luar terutama tentang corona, dengan membaca artikel di website pusat informasi corona atau menonton berita di televisi
Penting banget untuk tahu perkembangan di luar, terutama tentang corona di Indonesia dan dunia. Supaya bisa tetap berhati-hati dan memotivasi diri agar tetap semangat stay at home. Biasanya suami membaca artikel-artikel website seperti Kumparan pusat informasi corona. Dan juga menyempatkan menonton berita di televisi.
- Memberikan penjelasan kepada anak yang sudah bersekolah, walau di rumah orang tua tetap bekerja
Alhamdulillah si kakak sudah mengerti sekali ayahnya mencari uang di rumah. Si kecil kurang paham, tapi bisa disiasati dengan diajak bermain. Atau menganggu sesekali ayahnya bekerja, tapi tidak seterusnya.
- Saat tidak ada pekerjaan, bisa memaksimalkan waktu dengan anak untuk bermain atau menemani belajar
Pastinya waktu bermain dan menemani anak belajar lebih banyak. Menghilangkan stress di rumah dengan tertawa bersama anak.
- Melakukan hobi yang disenangi
Untungnya hobi suami itu tidur dan menonton televisi. Sehingga tidak memusingkan bagi saya. Selain itu suami memperbaiki kolam ikan yang bocor dibetulkan sehingga bisa diisi dengan ikan lele. Menghilangkan kejenuhan selama di rumah.

- Tersedia makanan dan camilan bervariasi di rumah
Biasanya sih kalau sedang rajin saya membuat masakan beraneka ragam dan juga camilan. Tapi kalau sedang malas, tinggal memesan makanan via ojek online dan menyediakan camilan roti atau biskuit.
- Melakukan ibadah berjamaah bersama keluarga
Suami suka menjadi imam solat, minimal dengan si kakak, kalau si kecil sedang tidak ingin solat, dan saya harus menjaganya terlebih dahulu.
Alhamdulillah sampai sekarang suami belum mengeluh dengan work from home. Dan memang lebih baik stay at home selama pandemi ini, dibandingkan harus stay at hospital karena terkena corona.