Receh Banget Hidup Gue
“Hebat ya gue, bisa mengurus dua anak sambil merawat ibu yang sakit,” begitu salah seorang teman berucap dengan bangga.
Saat itu saya masih gadis dengan mimpi ingin menaklukkan dunia. Mendengar kalimat teman tersebut saya merasa hal itu receh banget. Bukannya bisa pakai pembantu ya buat meringankan pekerjaan di rumah? Lebih mengerjakan hal-hal besar dan keren, seperti membuat proposal bisnis atau meeting dengan klien misalnya. Tapi itu dulu, sampai akhirnya saya terjebak dalam kehidupan yang dulu saya anggap receh. Yups, tinggal di rumah dan tidak bisa bekerja.
Menjadi ibu rumah tangga yang mengharuskan stay at home dan bisa 24 jam bersama balita. Membuat saya kadang tidak rela awalnya. Receh banget yang harus dihadapi, dari nyebokin anak, masakin makanannya, nemenin jajan ke warung, nyuapin anak makan, sampai menyetrika dan mengurus rumah. Padahal di otak saya masih banyak ide-ide brilian yang bisa digunakan untuk menjadi orang hebat. Hei, mimpi saya belum berakhir di sini.
Tapi pada kenyataannya saya sekarang hanyalah ibu rumah tangga yang menginginkan suami pulang cepat untuk bisa sekedar ngobrol atau curhat. Atau weekend yang bisa saya gunakan untuk me time, menjadi seperti dulu walau hanya sesaat. Dan memberikan anak-anak pada suami untuk diurus.
Tidak heran banyak wanita-wanita pekerja dulunya yang menderita baby blues saat melahirkan dan dihadapkan harus menjadi mom stay at home. Mereka merasa kehilangan diri mereka yang dulu, yang ambisius, pekerja keras dan pengumpul pundi uang. Sekarang harus berada di rumah, dan menjalani rutinitas mengurus rumah dan mengasuh anak.
Beruntung saya masih bisa menulis untuk menghasilkan uang di rumah. Walau pastinya nominalnya masih jauh dari para pekerja kantoran. Tapi saya yakin suatu saat nanti dengan menulis, pastinya bisa menghasilkan uang lebih banyak dari suami. Cuma sayanya harus bersabar dan tekun, insya Allah ada jalan dengan menjadi writerpreneurship.
Daftar Isi
- 1 Menyikapi Hidup Yang Receh
- 1.1 Membagi pekerjaan rumah dan mengurus anak dengan suami, supaya bisa mempunyai me time
- 1.2 Bila keuangan keluarga menjadi masalah, mencari cara agar bisa mendapatkan penghasilan tambahan walaupun hanya di rumah atau paruh waktu
- 1.3 Menekuni hobi kembali, bisa memasak, merajut, menulis, menonton drakor dan lain-lain
- 1.4 Berhenti mengukur baju orang lain di badan sendiri. Dalam arti berhenti membandingkan kehidupan orang lain dengan kehidupan kita.
- 1.5 Berhenti dari media sosial dulu kalau itu terasa sangat menganggu. Seperti saat liburan tiba, lalu kita tidak bisa liburan, lebih baik jangan buka media sosial
Menyikapi Hidup Yang Receh
-
Membagi pekerjaan rumah dan mengurus anak dengan suami, supaya bisa mempunyai me time
Ada kalanya kangen hidup seperti dulu, bisa nonton bioskop, nongkrong di cafe, atau sekedar jalan-jalan ke mall sendirian. Bisakah seperti dulu lagi? Bisa sih, asalkan suami mau gantian tinggal di rumah saat weekend.
-
Bila keuangan keluarga menjadi masalah, mencari cara agar bisa mendapatkan penghasilan tambahan walaupun hanya di rumah atau paruh waktu
Percuma menurut saya berantem sama suami tentang uang. Lebih baik kita yang ikutan mencari uang, walau sekedar bisa membeli skincare, itu membahagiakan sekali. Atau mungkin uangnya bisa dipakai untuk menabung dan investasi masa depan. Yang penting ada pekerjaan make money yang bisa disambil di rumah.
Hobi itu penting, kalau nggak bisa jenuh. Kebayang rutinitas di rumah dari pagi sampai malam. Dari bangun pagi menyiapkan sarapan, menyiapkan bekal sekolah, memasak, menyuapi anak, dan seterusnya sampai malam. Lalu besok seperti itu lagi. Begitu berulang kali.
-
Berhenti mengukur baju orang lain di badan sendiri. Dalam arti berhenti membandingkan kehidupan orang lain dengan kehidupan kita.
Jangan melihat postingan orang yang selalu memamerkan foto-foto bahagianya, pastinya kita akan terganggu. Karena memang yang di media sosial yang dipamerkan sebagian besar kebahagiaan bukan kesedihan.
-
Berhenti dari media sosial dulu kalau itu terasa sangat menganggu. Seperti saat liburan tiba, lalu kita tidak bisa liburan, lebih baik jangan buka media sosial
Musim liburan, lebaran, dimana banyak yang memamerkan jalan-jalan. Pastinya bikin bete, apalagi tetangga memanaskan mobil kita cuma memanaskan sayur. Menyebalkan sekali. Pentingnya untuk tidak membuka media sosial dulu sementara waktu.
Pada intinya kebahagiaan itu bisa diciptakan, dan ukuran kebahagiaan orang beda dengan kebahagiaan kita. Hanya kita tahu apa yang bisa membuat kita bahagia.