Kebakaran Hutan Dan Lahan
|

Warga Membantu Memadamkan Kebakaran Hutan Dan Lahan

Orang itu terlihat sesak nafas dan lemah. Kepalanya terasa pusing dan batuk kering tiada henti. Bantuan oksigen pun segera diberikan agar dia bisa bernafas dengan mudah.

Begitulah tanda-tanda terserang ISPA yang biasa menyerang warga saat kebakaran hutan dan lahan melanda. Dan ini kerap terjadi di pulau Sumatera dan Kalimantan, yang rawan kebakaran saat musim kemarau. Bahkan pada tanggal 16 September 2019, dikabarkan 144.219 ribu warga terkena Infeksi Saluran Pernapasan Akut ( ISPA) oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan Kementerian Kesehatan.

Memang berita sejak Agustus 2019 sampai sekarang, banyak membahas tentang kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) di Riau dan Kalimantan. Bahkan di media sosial pun, viral dengan postingan status kebakaran. Foto-foto tebalnya kabut asap dan dampaknya pada manusia serta hewan. Beraktivitas normal pun menjadi terganggu karena jarak pandang semakin pendek. Sedih juga memantau status para teman yang tinggal di sana.

Bahkan salah satu teman di media sosial, menulis status yang mengkhawatirkan kondisi anaknya yang pada 2015 lalu diopname karena terserang ISPA. Dan sekarang tempat tinggalnya di Riau dilanda kabut asap lagi. Tapi mau meninggalkan Riau tidak mungkin, karena suaminya masih beraktivitas kerja seperti biasa. Padahal batuk kering biasa saja badan terasa lelah, apalagi bila terkena ISPA.

Selain bahaya ISPA bagi warga, sangat banyak dampak buruk yang ditimbulkan oleh kebakaran lahan dan hutan. Seperti keberlangsungan hutan di Kalimantan yang diklaim sebagai paru-paru dunia. Dan juga flora dan fauna yang terancam punah, karena tidak dapat melarikan diri saat kebakaran.

Memang sebagai keturunan Minang, saya dulu kerap menggunakan bus antar provinsi, untuk pulang kampung dari Jakarta ke Bukit Tinggi. Melewati perkebunan yang mayoritas sawit dan karet. Seakan sepanjang mata memandang, hutan yang dulu rimbun, menjadi perkebunan. Tidak dapat dipungkiri sebagian warga menjadi semakin baik perekonomiannya dengan ada perkebunan. Tapi dengan pilihan membakar untuk membuka lahan. Yang berpotensi menjadi kebakaran besar di musim kemarau.

Penyebab Bencana: Alam Atau Manusia?

Barangkali di sana ada jawabnya/Mengapa di tanahku terjadi bencana/Mungkin Tuhan mulai bosan/Melihat tingkah kita/Yang selalu salah dan bangga dengan dosa-dosa/Atau alam mulai enggan/Bersahabat dengan kita/Coba kita bertanya pada/Rumput yang bergoyang  (sepenggal lirik lagu ‘Berita Kepada Kawan’_Ebiet G. Ade)

Kebakaran hutan dan lahan yang kerap terjadi di wilayah Sumatra dan Kalimantan. Selalu berulang dan seakan tidak pernah berkesudahan. Setiap kemarau tiba penduduk mulai cemas dengan ancaman kebakaran. Lalu apakah yang membuat kebakaran terjadi?

Apa aja yang menyebabkan terjadinya kebakaran hutan
Sumber : Wikipedia

Untuk saat ini penyebab nomor empat, yaitu tindakan disengaja oleh manusia untuk membuka lahan yang menjadi penyebab kebakaran hutan dan lahan di Riau dan Kalimantan. Bahkan ada sekitar 280 orang pelaku pembakar hutan dan lahan di sejumlah daerah yang telah ditangkap (Data Mabes Polri). Memang sudah seharusnya kita #KitaJagaAlam.

Apalagi bila ada Karhutla yang terjadi dekat dengan Sumur Minyak Pertamina, ini sangat membahayakan. Karena pastinya Sumur Minyak bisa meledak dan membuat Karhutla semakin besar dan fatal. Seperti yang ditemukan oleh Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo, saat melakukan kunjungan kerja dengan agenda pemantauan lapangan langsung Karhutla di desa Kerumutan, Riau pada tanggal 11 September 2019.

Padahal dengan kita jaga alam, alam pasti jaga kita. Bila bukan karena perbuatan manusia membakar hutan dan lahan, maka di dalam Hutan banyak sumber daya alam yang bisa dinikmati secara gratis. Potensi Karhutla juga berkurang, walau datang musim kemarau.

Pelaku Pembakaran Hutan dan Lahan

Dengan pelaku kebakaran baik dari warga maupun dari pihak korporasi. Jumlahnya tidak sedikit, mencapai ratusan orang. Seakan keringnya hutan dan lahan menjadi kesempatan untuk membersihkan tanah secara mudah. Caranya? Dengan dibakar lewat puntung rokok atau korek api gas. Hemat biaya dan waktu pastinya.

Walaupun ada juga warga yang membakar lahan karena memang tradisi turun temurun dari nenek moyangnya. Sehingga perlu penyadaran bagi warga, untuk tidak membakar lahan dalam rangka membuka lahan baru. Karena dengan menjaga alam, pasti #AlamJagaKita

Dulu sekitar tahun 2004, saya bekerja di salah satu perusahaan perkebunan sawit berpusat Jakarta Pusat di Jakarta Pusat.  Gedung tinggi megah yang berdiri menantang langit, tidak seindah kenyataan di perkebunan. Menempati posisi administrasi di departemen CSR, malah mendapatkan banyak surat keluhan dari berbagai anak perusahaan yang tersebar di Sumatera dan Kalimantan.

Ada banyak surat dari penduduk dan aktivis lingkungan yang dikirim dari Sumatera dan Kalimantan. Penduduk yang marah gara-gara tanah adat menjadi lahan perkebunan. Aktivis lingkungan yang tidak terima hewan-hewan yang menyasar ke kebun sawit kemudian mati terbunuh karena terkena jebakan. Dan yang paling parah, dugaan kalau perusahaan membayar penduduk untuk membakar hutan demi pembukaan lahan perkebunan.

Kebakaran Hutan Dan Lahan
Sumber : pixabay.com

Padahal proses diterima di perusahaan ini tidak mudah. Dari tes psikotest, tes urin, sampai beberapa kali wawancara harus saya lalui. Akhirnya belum setahun, saya mengundurkan diri dari perusahaan tersebut. Merasa berdosa bila terus bertahan bekerja di perusahaan itu. Dan untuk membayar rasa bersalah, saya sempat menjadi donatur Green Peace.

Walaupun sampai saat ini jujur saya masih menggunakan produk sawit dalam minyak goreng, mentega, produk kecantikan dan sebagainya. Karena itu saya tidak menyalahkan produknya, tapi oknum yang berperan dalam menyebabkan Karhutla. Karena pada kenyataannya tidak hanya perusahaan sawit saja yang menyebabkan Karhutla, tapi juga perusahaan karet, perusahaan tebu dan perusahaan perkebunan lainnya.

Tindakan Pencegahan Dan Penyelamatan

Ulah tangan jahil manusia yang membuat bencana alam datang seperti ‘diundang’. Diperlukan kesadaran warga untuk tidak membakar hutan dan lahan. Dan juga menangkap para pelaku pembakaran yang ketahuan. Terutama warga yang berada di pinggir hutan yang lebih dulu menyadari keberadaan titik api di hutan. Karena semakin dibiarkan titik api akan semakin banyak dan api semakin meluas. Membakar hutan dan juga flora fauna, serta menghasilkan kabut asap yang semakin pekat.

Pelan tapi pasti sebenarnya sudah banyak warga terutama yang rawan Karhutla yang berpartisipasi dalam mencegah dan meluasnya dampak Karhutla. Namun sayang tidak banyak yang terekspos media. Padahal usaha mereka tidak kalah penting, dalam menekan jumlah asap. Salut sama mereka yang sudah bersusah payah memadamkan api. Dengan kenali ancamannya, siapkan strategi dan siap untuk selamat. Karena bencana Karhutla ini memang kerap terjadi di wilayah mereka.

Masyarakat Peduli Api (MPA)

Berita baiknya saat ini, Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup (KKLH) telah mengajak warga di daerah rawan Karhutla  di Sumatera dan Kalimantan, untuk berpartisipasi menjadi MPA. Di sini warga diberikan pelatihan yaitu :

  1. Kegiatan pencegahan dan pemadaman api
  2. Cara Zero Burning dengan memanfaatkan limbah biomassa

MPA berperan aktif dalam kegiatan patroli terpadu yang dilaksanakan bersama-sama dengan TNI, POLRI, Manggala Agni, dan pemerintah daerah setempat. Dalam setiap kegiatan pemadaman, MPA juga turut berperan aktif membantu. Bagus ya, saling membahu mencegah dan memadamkan Karhutla.

Setiap personil MPA diberikan pelatihan mengenai dasar-dasar pengendalian Karhutla, kegiatan pencegahan dan juga pemadaman. Selain itu, MPA juga diberikan pelatihan pembukaan lahan tanpa membakar, yaitu dengan memanfatkan limbah biomassa.

Menurut M. Yani, ketua MPA di desa Tanjung Terantang, dirinya merasa terpanggil menjadi MPA. Karena saat tahun 2015, terjadi Karhutla, banyak dampak negatif yang terjadi.  Ya iyalah, selain lahan lain ikut banyak terbakar, pasti juga dampak penyakit ISPA yang melanda warga. Dengan menjadi warga yang dilatih dan diberdayakan untuk membantu pengendalian Karhutla.

Lalu apa aja sih yang dilakukan MPA? Dengan diajarkan bagaimana memadamkan api sejak dini agar api tidak meluas. MPA lalu melakukan sosialisasi ke warga, pada saat pertemuan dan berjumpa di jalan. Selain itu MPA juga mengadakan patroli keliling dan patroli gabungan dengan TNI dan polisi hutan, bersama-sama menjaga hutan dari kebakaran.

Bagaimana Masyarakat Peduli Api Mencegah dan Menjaga Kebakaran
Sumber : Kementerian Hutan dan Lingkungan Hidup

Zero Burning

Memang sih tidak semua pelaku perkebunan seperti perusahaan tempat saya dulu bekerja melakukan pembakaran.  Apalagi para petani yang melakukan pembakaran karena tradisi turun temurun dari nenek moyang. Namun dampak kebakaran yang meluas, membuat sebagian warga dan perusahaan sadar, untuk tidak lagi membakar lahan.

Saat ini bahkan sudah banyak petani dan perusahaan yang melakukan konsep Zero Burning(pembukaan lahan tanpa membakar). Dengan Zero Burning pastinya akan mengeluarkan biaya yang lebih mahal, tapi lebih baik daripada mengundang bencana Karhutla. Iya kan? Lhaa.. seperti saat ini asap tebal akibat Karhutla belum bisa diatasi seratus persen.

Menurut Sumarjito, Pengagas Pengembangan Sistem Pembukaan Lahan Tanpa Bakar (PLTB) di Kabupaten Kuala Kapuas, Kalteng. Daripada menggunakan alat mekanis berat seperti ekskavator, lebih baik dengan cara mencabut pohon yang ada, kemudian diratakan tanahnya. Setelah itu baru tanah dibajak untuk ditanami.

Alhamdulillah, banyak warga dan perusahaan perkebunan juga yang sudah sadar pentingnya menjaga hutan ini. Karena memang dengan kita jaga alam, alam akan menjaga kita. Begitu pula dengan hutan, sebagai keberlangsungan untuk anak cucu di masa akan datang. Terlalu banyak yang akan dikorbankan bila hutan semakin gundul. Sedih bukan? Kalau nanti tiada hutan lagi di bumi Pertiwi yang indah ini? 

Desa Siaga Api

Saat ini perusahaan perkebunan mulai menyadari pentingnya mencegah terjadinya Karhutla. Seperti terbentuknya Desa Siaga Api diprakarsai oleh sektor swasta, yang memotivasi desa agar berhasil menekan potensi Karhutla #SiapUntukSelamat. Bila berhasil, maka akan diberikan bantuan program sosial untuk desa berupa uang. Jumlahnya pun lumayan, mencapai 100 juta rupiah. Wah, motivasi yang membangun juga. Karena jadi sama-sama menjaga keberlangsungan hutan dan mencegah Karhutla.

Program ini terbagi menjadi lima langkah, yaitu :

  1. Perusahaan melatih dan melengkapi para penduduk desa agar mampu secara cepat memadamkan api yang timbul.
  2. Perusahaan melatih dan mengajarkan masyarakat berbagai cara alternatif untuk membuka lahan tanpa membakar.
  3. Perusahaan memantau dan menilai kinerja desa – desa tersebut.
  4. Desa yang berkenan ikut Desa Siaga Api akan dievaluasi setelah musim kemarau. Apakah sudah berhasil untuk mempertahankan penurunan jumlah kebakaran untuk tahun tersebut?
  5. Bagi desa berhasil menekan potensi kebakaran akan memperoleh bantuan program sosial (CSR) dari perusahaan hingga Rp 100 juta untuk digunakan bagi proyek-proyek infrastruktur sosial masyarakat.
Apa Saja Yang Dilakukan Untuk Menjadi Desa Siaga Api
Tahapan Desa Siaga Api

Walaupun bantuan CSR tidak berlangsung seterusnya, tapi setidaknya budaya sadar bencana diharapkan mengakar ke warga. Sehingga mereka terbiasa untuk terus menjaga desa dari ancaman Karhutla.

Peran Warga Sekitar

Dalam membantu memadamkan titik api, kadang pemadam kebakaran tidak mudah menjangkau wilayah yang terbakar api. Karena itu warga pun ikut bergotong-royong membantu dengan peralatan sederhana. Setelah melaporkan ke Dinas Pemadam Kebakaran, sambil menunggu datangnya bantuan untuk memadamkan api, masyarakat berinisiatif membantu memadamkan, tertanam kuat #BudayaSadarBencana.

Untuk kebakaran hutan atau lahan yang tidak terlalu besar, biasanya masih bisa diatasi dengan menggali tanah atau pasir dengan sekop dan cangkul. Titik-titik api kemudian ditutup dengan tanah dan pasir. Sehingga api tidak akan merambat kemana-mana.

Memang masalah Karhutla merupakan masalah bersama. Baik warga, TNI, Polisi Hutan, BNPB, Pemerintah Daerah Pemerintah Pusat, dan berbagai pihak. Karena itu memang dibutuhkan kerjasama dalam mencegah dan memadamkan api, sehingga Karhutla tidak menjadi bencana untuk semua.

Tulisan diikutsertakan pada lomba penulisan Blog #TangguhAwards2019.

 

Sumber :

  • https://www.kompas.com/tren/read/2019/09/18/055000465/karhutla-di-sumatera-dan-kalimantan-144000-warga-kena-ispa
  • https://www.mongabay.co.id/2016/09/01/sumarjito-pertanian-lahan-tanpa-bakar-bisa-dilakukan-di-lahan-gambut/
  • https://bnpb.go.id/kepala-bnpb-terjun-langsung-padamkan-karhutla-di-riau
  • https://www.liputan6.com/news/read/4066211/polisi-tangkap-230-pembakar-hutan-dan-lahan-di-kalimantan
  • https://www.liputan6.com/health/read/4037261/desa-bebas-api-efektifkah-bangun-kesadaran-masyarakat-agar-tak-bakar-hutan
  • https://www.suara.com/news/2018/11/10/081229/klhk-bentuk-kelompok-masyarakat-peduli-api-untuk-tangani-karhutla
  • https://twitter.com/KementerianLHK/status/1023133454538403840
  • https://grafis.tempo.co/read/1154/info-mpa-masyarakat-peduli-api-dalam-mengatasi-kebakaran-hutan
  • https://katadata.co.id/berita/2019/09/18/upaya-memadamkan-kebakaran-hutan-racun-api-hingga-hujan-buatan

Similar Posts

21 Comments

  1. Pernah merasakan asap ini di Pekanbaru. Gak enak banget meski tipis2 aja.. Semoga asap segera berlalu ya… entah dengan modifikasi teknologi, manual, atau anugerah hujan dari Yang Maha Kuasa

  2. Prihatin dengan kasus Karhutla. Bertahun terjadi tapi masih begitu² saja.

    Salut Mbak bisa memutuskan berhenti bekerja di perusahaan perkebunan dulu. Semoga ke depannya senantiasa bisa menyuarakan kebenaran

  3. Sediih banget kalau ada kebakaran hutan karena banyak warga jadi korban. Nggak kebayang deh bisa berada di lokasi sana sungguh tak nyaman. SMoga tak terjadi lagi ya kejadian seperti ini

  4. Sedih bgt ya. Aku liat story tmn yg dsana
    Alhasil dia jg mengungsi. Lalu dpt kbr tmn di Aceh, asap jg kena ke tempat dia tinggal. Moga udah selesai yaa karhutla gini :'(

  5. Ulasan yang menarik Mbak Ovy. Jujur saya hanya tahu masalah karhutla ini dari versi media dan sosial media, beda dengan Mbak yang punya pengalaman berhadapan langsung dulunya. Tapi saya setuju, jika ini membutuhkan kerja sama semua pihak untuk mencari solusi dan mengantisipasi agar tidak terjadi lagi nanti.

  6. Rutinnya aktivitas pembakaran hutan oleh oknum-oknum tertentu memang akhirnya harus diperangi dengan kesiagaan masyarakat untuk tanggap bencana karhutla ya. Sembari terus edukasi ke masyarakat agar tak lagi terprovokasi untuk melakukan karhutla demi kesehatan. Sudah ribuan orang terkena ISPA gara-gara asap jahat ini. Sungguh menyedihkan.

  7. Soal kebakaran hutan ini gimana ya, memang banyak banget kepetingan di sana. Meskipun ujung-ujungnya rakyat yang jadi korban. Dan ini tuh sudah bencana tahunan, kenapa kok ya gak ketemu solusi yang yahud gitu lho. Sampek gemes aku kadang tuh. Kebayang temen-temenku tiap tahun menghadapi masalah yang sama. Sampek tiap tahun ada agenda ngungsi karena masalah asap. Kan sedih banget dengernya.

  8. Iya nih, masalah tahunan yang terjadi di riau. Saya dulu tahun 2015 ada tugas ke riau, dan harus ditangguhkan karena pas ada kebakaran hutan dan pesawat tak bisa terbang ke sana.

    Semoga bencana asap di riau dan juga kalimantan tahun ini adalah yang terakhir terjadi ya

  9. Aku salut sama relawan dan masyarakat yang kerja keras madamin api sampai skrng, gak pakai nyari siapa yang salah. Ya gmn ya, bencana ini moga jadi introspeksi bersama, khususnya pemerintah, juga warga sekitar, aplagi pengusaha 🙁
    Semoga lekas selesai masalah karhutla ini aamiin

  10. Peran serta masyarakat perlu, tapi kita juga perlu menekan pemerintah kali ya Mak… meminta pemerintah mencabut izin pengelolaan perusahaan yang tidak menjaga lahannya dan menimbulkan bencana di masyarakat.

    Kalau perusahaan bilang lahan mereka terlalu luas dan tidak bisa diawasi sekaligus ya berati kurangi saja jatah pengelolaannya kali ya…

  11. Kalau melihat kondisi kebakaran hutan saat ini, masyarakat saatnya bisa saling bahu membahu membantu mencegah terjadinya kebakaran atau mengatasi kebakaran, kalau menunggu upaya dari pemerintah saja, bakal lama padamnya. Sekarang juga banyak relawan dari luar Riau dan Kalimantan yang terjun ke sana memberi bantuan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *