Review Novel Kirana Kejora: Yorick
Yorick. Sebuah novel dengan warna cover dominasi hitam. Terlihat gambar seorang anak laki-laki, yang bersimpuh di pangkuan nenek tua. Kesan kesedihan dan kemiskinan terpancar dari covernya.
Saya mendapatkan referensi novel Yorick ini dari seorang teman blogger. Sebagai tipe pembaca yang suka dengan tema drama kebahagiaan dan komedi. Saya kerap menghindari cerita-cerita yang sarat dengan airmata. Kalau saja sekilas melihat novel ini di deretan novel yang dijual di toko buku, pasti tidak akan tertarik membacanya.
Tapi penilaian saya mulai bergeser, setelah melihat foto novel ini di internet. Ada tulisan ‘novel telah diangkat ke LAYAR LEBAR’ di covernya. Layaknya novel-novel lain yang pernah difilmkan, pastinya Yorick mempunyai kekuatan cerita yang luar biasa. Dan itu membuat saya mulai penasaran dan membelinya.
Membaca dua lembar pembukaan novel, saya terenyuh dengan pengakuan dari Yorick. Yang pada awalnya termotivasi sukses karena sebuah dendam, walaupun pada akhirnya dendam itu hilang. Hal ini wajar, bisa terjadi pada siapa saja, yang menyimpan masa lalu kelam. Bukan hanya pada Yorick.
Tutur bahasa yang digunakan penulis, Kirana Kejora di awal novel, sarat dengan makna. Indah dan mengugah rasa. Di bab awal, terasa penggambaran jiwa Yorick yang resah dibaluti keindahan Nevsky Prospekt, yang terletak di kota St. Petersbug, Rusia. Kenangan masa lalu berpadu dengan kesuksesan bisnis, menunjukkan sosok Yorick saat ini.
Sudah menulis banyak novel dari tahun 2006, Kirana dengan background-nya sebagai peneliti sosial ekonomi, sepertinya menghabiskan banyak waktu untuk melakukan wawancara dan riset untuk menuliskan tentang Yorick. Karena penulisannya cukup detil dan kompleks.
Bagi saya agak susah menulis dengan menggunakan sudut pandang orang ketiga. Karena kita harus menumpahkan pemikiran dan opini setiap tokoh. Apalagi kalau tokohnya banyak, berarti harus kuat di penokohan. Membaca cerita dari berbagai versi tokoh, bisa membuat saya menyimpulkan seperti apa Yorick sebenarnya.
Membaca novel ini, bisa merasakan sosok Yorick yang terasa begitu nyata, walau perjalanan hidupnya bagaikan mimpi. From zero to hero. Saya merasa bercakap-cakap langsung dengan Yorick, yang menceritakan tentang masa kecil sampai dewasa. Drama kehidupan yang tidak mudah dilalui setiap orang. Sebuah cerita fiksi based on true story.
Cerita pun diperkuat pada halaman-halaman belakang, yang memunculkan para tokoh sahabat Yorick. Memberikan pendapat mereka atas sosok Yorick, seorang sahabat yang sangat baik. Dan selalu berkorban untuk sahabatnya. Tidak lupa juga terpampang foto-foto mereka, yang ternyata masih muda-muda usianya. Hanya sayang, tidak ada Yorick asli yang dimunculkan di novel ini. Membuat saya menjadi penasaran seperti apa rupa Yorick sebenarnya?
Judul: Yorick
Penulis: Kirana Kejora
Penerbit: Nevsky Prospekt Indonesia
Cetakan: III, 2018
Tebal: 346 Halaman“
“Kalau Allah sayang kenapa saya nggak dikasih-kasih.”
“Ya, nanti.”
Pasti Mak?”
“Jadi manusia itu teh harus yakin. Yakin kamu pasti bisa beli.”
(Yorick, hal. 24)
Sepenggal percakapan neneknya, Mak Encum, dengan Yorick kecil yang ingin mempunyai mainan mobilan. Sesuatu hal wajar bagi seorang anak kecil. Tapi keterbatasan materi, membuat neneknya mengajarkan Yorick tentang arti sebuah ‘keyakinan pada Allah.’ Bukan sekedar mimpi untuk mendapatkan suatu barang. Tapi menjadi pedoman hidup yang akan berlaku sepanjang hayatnya.
Kebahagiaan hidup bersama neneknya di Cibungur, sebuah kampung di selatan Situ Panjalu, Ciamis, terusik dengan kedatangan seorang pamannya. Muncul perpisahan dalam kebersamaan. Keadaan memaksanya berkelana dari satu tempat ke tempat lain. Yorick kecil tidak membiarkan dirinya terperangkap dalam situasi tidak menguntungkan.
Dengan tekad kuat, Yorick kecil berjalan sekehendak hatinya. Pikirannya cuma satu yaitu melangkah ke depan. Tanpa harus takut dengan kegagalan. Membuat Yorick selalu percaya diri mengambil semua kesempatan yang datang padanya. Walaupun jalannya tidak selalu mulus.
Sesungguhnya hidup ini memang ada takdir kesuksesannya, asalkan mau berusaha. Dari ketidaksengajaan bertemu dengan pemilik toko komputer yang baik hati. Dilanjutkan dengan episode-episode hidup selanjutnya yang semakin menambah kecintaan Yorick pada komputer.
Yorick tumbuh dewasa dengan menghabiskan waktu belajar komputer sambil bertahan hidup. Yang kemudian mengantarkannya menjadi ahli IT yang sukses, Proses tidak mengingkari hasil. Keberhasilan dalam bisnis membuat Yorick sampai di titik sekarang. Dan semua ini tidak lepas dari didikan neneknya sejak kecil serta dukungan sahabat-sahabat yang selalu setia.
Dalam kehidupan asmara, Yorick bagaikan kapal yang bingung menentukan tempat berlabuh. Keberadaan nenek sebagai satu-satunya perempuan yang sangat dicintai, membuat saya gemas dengan ketidakpastian Yorick. Mencintai tanpa berjuang maksimal, membuat semua perempuan pasti kecewa.
Memang bagi Yorick, Mak Encum bukan sekedar seorang nenek, tapi orang tua dan juga guru kehidupan. Tidak heran sampai besarpun, Yorick tetap mengenang neneknya. Walaupun Yorick sebenarnya masih mempunyai orang tua lengkap, tapi bagi dirinya, hanya Mak Encum orangtuanya.
Yang saya salut banget sama Yorick, tentang bagaimana menjaga persahabatannya. Saya bukan termasuk tipe yang bisa mempertahankan sahabat. Bila mereka mau pergi, saya tidak akan menahannya. Apalagi saat ada yang menusuk dari belakang, pasti langsung saya tinggalkan. Tapi tidak dengan Yorick.
Dengan perjalanan waktu yang tidak sebentar, Yorick berhasil mengubah persahabatan menjadi kekuatan bisnis. Saling berbagi dan mendukung saat di titik nol, itu membuat persahabatan mereka lebih dari saudara. Para tokoh seperti Iyan, Tejo, Rotten, Pak Kin, dan Pak Hanafi. Membuat Yorick merasakan kasih sayang dalam bentuk persahabatan. Keluarga baru yang akan selalu bersamanya, dalam suka dan duka.
Membaca Yorick seperti mendengarkan dia bercerita dari hati ke hati. Lengkap semua suka duka perjalanan hidup anak manusia. Yang kadang seperti roller coaster, berani menerjang badai, dan tidak membiarkan hidupnya mengalir seperti air.
Bagi saya ini tidak sekedar membaca novel, tapi menyerap semua energi yang dikeluarkan Yorick dalam menyusun puzzle kesuksesannya. Menyadarkan hidup yang tidak sekedar cerita novel happy ending.
Cara Membeli Novel Yorick
Pada awalnya saya membeli novel versi digital dengan harga Rp. 37.000,- di aplikasi Yorick. Terlebih dahulu saya download aplikasi Yorick di Play Store. Lebih murah daripada versi cetaknya yang Rp. 80.000,-. Kertasnya cukup tebal dan tulisan yang jelas cukup menyenangkan untuk dibaca. Covernya pun bagus dan glossy, gambar serta tulisannya muncul.
Tapi setelah membacanya, saya merasa tidak puas membacanya di layar handphone, dan memutuskan membeli novel cetaknya di Tokopedia. Ternyata memang saya lebih cocok membaca novel cetak dibandingkan digital. Terbukti selesai hanya dalam beberapa hari saja.
Untuk sebuah novel yang berani diterbitkan sendiri di penerbitan miliknya, Nevsky Prospekt Indonesia, Yorick berhasil menjual novel yang tidak sekedar ‘mem-branding dirinya’. Tapi memang novel yang bagus dan mempunyai nilai jual di pasar perbukuan.
Terobosan aplikasi Yorick, juga membuktikan sisi marketing Nevsky yang menggunakan sisi marketing modern dalam menjual sebuah novel. Karena versi digital memang sedang digandrungi banyak kalangan.
Film Yorick
Apalagi setelah melihat trailer filmnya di aplikasi, Yorick kecil diperankan oleh Andryan Bima, si rambut kiting, aktor cilik favorit saya. Pertama kali melihatnya jadi presenter Funtime, acara televisi kesukaan anak saya. Sekarang Andryan lebih fokus ke film, dan sudah tidak muncul di Funtime.
Pernah menonton aktingnya yang menggemaskan di sebuah film anak-anak. Dan sekarang Andryan menjadi Yorick kecil. Tidak sabar menyaksikan aktingnya di film Yorick yang terlihat natural. Selain itu film ini juga didukung oleh artis dan aktor ternama lainnya.
Judul Film: Yorick
Pemeran:
Yorick kecil : Andryan Bima
Yorick dewasa: Ahmad Meghantara
Bik Nis: Sinta Bachir
Nevia: Nina Kozok
Mak Encum : Ratna Riantiarno
Cecep: Epy Kusnandar
Hatur Nuhun apresiasinya. Salam Kuda Terbang
sama-sama. novelnya memang bagus, bisa jadi novel motivasi kalo lagi bad mood