seminar menghadapi industri 4.0

Peluang Bisnis Di Era Industri 4.0

Zaman sekarang sudah berubah. Segalanya lebih mudah dan gampang dengan teknologi. Jangankan menjalin silaturahmi, mencari rejeki saja bisa melalui internet. Gampang kan?

Memasuki era industri 4.0 dimana semuanya serba menggunakan teknologi. Banyak bidang pekerjaan manusia tergantikan dengan mesin, sehingga mengurangi lowongan pekerjaan. Tapi juga membuka peluang untuk pekerjaan-pekerjaan baru, yang berhubungan dengan internet dan teknologi, seperti pekerjaan saya sebagai blogger dan buzzer.

Dulu mana pernah kepikiran hanya dengan menulis di blog dan media sosial bisa mendapatkan uang? Padahal saya mulai menulis sejak tahun 2007, tapi keuangan tidak selancar ini. Maklum penulis freelance, yang kadang dapat job nulis, kadang tidak.

Pernah ingin menggantungkan hidup dari menulis buku, tapi ternyata untuk revisi tulisan bisa 6 bulan. Dan menunggu beberapa bulan lagi, baru buku terbit dan dibayar. Berbeda dengan menjadi blogger, pembayaran bisa sangat cepat, dan juga banyak peluang job menulis dimana-mana. Jadi banyak bersyukur muncul industri 4.0. Biar kelihatan cuma ibu rumah tangga di rumah, tapi lumayan bisa beli bedak sama skincare, hehe..

Bisnis Di Era Industri 4.0

Selain dalam bidang pekerjaan, dalam hal bisnis pun, memasuki era industri 4.0 ini, membuka peluang besar dalam berbagai sektor bisnis. Namun peluang bisnis ini hanya bisa ditangkap bagi pelaku usaha yang fleksibel dengan perubahan.

seminar industri 4.0
peserta serius mendengarkan

Tapi bisa berakibat buruk bagi pelaku usaha yang enggan berubah. Masih menggunakan cara-cara lama dalam berbisnis yang kaku dan anti perubahan dengan teknologi. Seperti usaha kuliner yang tidak menggunakan jasa pemesanan delivery Go Food atau Grab Food misalnya. Bisa dipastikan omsetnya kurang maksimal.

Saat ini usaha rumah makan biasa pun, selain menggunakan jasa delivery ojek online, juga untuk pembayaran bisa menggunakan e-money. Dan itu tidak terbatas pada satu, tapi bisa dua bahkan tiga e-money seperti Dana, Gopay, dan OVO.

UBER Yang Terlalu Percaya Diri

Namun walaupun menggunakan teknologi, tetap tidak boleh melupakan kultur masyarakat setempat. Yang akan mempengaruhi gaya beli konsumen. Karena tetap ada unsur humanis dalam berjualan.

Fatma Sari, The Strategist

Seperti yang disampaikan oleh mba Fatma Sari, Management Consultant The Strategitst pada TDB Session Sharing ‘Menghadapi Tantangan 4.0’ di kantor TDB, di Bintaro. Uber merupakan salah satu bentuk bisnis dengan menggunakan peluang teknologi. Tapi menjadi contoh bisnis yang  gagal di Indonesia. Lho kok bisa?

Dengan membawa kesuksesan bisnis di Inggris, Uber tidak menyesuaikan dengan gaya beli konsumen Indonesia. Uber terlalu percaya diri, dan mengesampingkan perihal tipikal orang Indonesia yang ‘suka nggak enakan.’ Berbeda dengan tipikal konsumen di Inggris, yang memang lebih suka diberikan kisaran tarif. Dan membayar sesuai dengan keinginan mereka.

Dengan rasa percaya diri akan sukses sama seperti di Inggris. Kisaran tarif yang ditetapkan Uber dalam setiap transaksi, membuat konsumen Indonesia bingung dan tidak nyaman. Misalnya untuk sekali perjalanan menggunakan Uber, konsumen bingung dengan tarif Rp. 70.000 – 120.000,- yang akan dibayarkan. Rasa ketidaknyamanan ini membuat konsumen beralih ke Gojek, yang tarifnya pasti.

The Industrial 4.0 Membuat kita mempersiapkan diri menjadi Entrepreneurship.

Karena banyaknya kemudahan yang bisa didapat dari perkembangan teknologi. Dengan adanya Industri 4.0, semua orang bisa menjadi pebisnis. Karena membuka dan membangun bisnis saat ini lebih mudah dan murah biayanya.

Seperti dulu mau mempunyai tempat les untuk bimbingan belajar murid, harus ada gedung. Sekarang udah nggak, seperti ‘aplikasi ruang guru’. Yang mampu menjawab peluang dengan memberikan alternatif bimbingan belajar online.

Kekuatan Pikiran Positif Dalam Berbisnis

Menurut Fatma, dalam menghadapi zaman sekarang, jangan biarkan kalimat negatif masuk ke dalam pikiran. Ketakutan-ketakutan yang muncul karena merasa tidak siap, harus diganti dengan kalimat positif. Agar siap menangkap peluang bisnis.

Revolusi Industri Dihadapi Bukan Dihindari

Penting membuat diri bahagia bertumbuh dari hari ke hari. Benar sih, saya sudah praktekkan ini. Kalau sedang sedih, rasanya mau ngapa-ngapain males. Bawaannya jadi enggan untuk berubah, dan menghabiskan waktu untuk merenung seharian.

Jadi memang penting implementasikan yang diinginkan pada revolusi 4.0. Supaya profesi kita bisa berkembang dengan cepat. Apa yang sebaiknya kita penuhi? Bukan malah lari dan menghindari perubahan.

Revolusi 4.0 sebenarnya menurut Fatma kembali ke diri kita. Apakah akan menjalankan bisnis dengan sukses? Atau malah ketakutan karena jualan lebih banyak ditolak daripada dibeli?

Saat menghadapi resolusi untuk perubahan. Kita harus mempersiapkan diri terus belajar. Kenapa? Karena teknologi pada industri 4.0 lebih adaptable. Apa bedanya dengan dulu sebelum industri 4.0? Kalau dulu kita ditarik untuk belajar, sekarang malah kita harus belajar kalau mau menghadapi 4.0. Kita dipaksa untuk berubah dengan 4.0.

Jadinya memang harus dari kitanya yang mau berubah terus mengikuti perkembangan teknologi. Bila stagnan, pastinya akan tertinggal dari yang lain. Menurut saya profesi apapun sekarang, baik itu sebagai pebisnis, pekerja atau sebagai freelancer. Tetap harus fleksibel dan aware dengan perubahan.

Ayam Penyek Mak Bete

Alhamdulillah setelah acaranya selesai, kami dihidangkan ayam geprek Mak Bete dari Bekasi. Salah satu blogger dari komunitas Tau Dari Blogger, yang menyajikan hidangan ayam geprek secara cuma-cuma.

Ada tiga macam pilihan sambal ayam geprek yang dihidangkan oleh Mak Bete. Yaitu ayam geprek sambal matah, ayam geprek sambal pedas manis, dan ayam geprek sambal bawang. Harganya juga relatif murah, cuma 15 ribu, sudah mendapatkan ayam geprek, sambal dan nasi.

Saat makan ayam geprek sambal manis, saya langsung suka sama rasa sambalnya yang memang tidak terlalu pedas. Cocok untuk lidah saya yang memang tidak suka sambal pedas. Berhubung lambung sudah lama kena maag, jadi saya agak selektif sama sambal.

Mak Bete mendapatkan banyak respon positif dari teman-teman blogger dan juga mba Fatma sendiri. Dengan menyarankan pengemasan yang lebih baik, mba Fatma ingin memesan untuk seminar-seminar yang akan diadakan The Strategist.

Kalau saya sih, pengen juga mesan dalam bentuk frozen food. Karena sambalnya memang enak dan bikin kangen. Apalagi Mak Bete mengatakan ayamnya dan sambal, tidak menggunakan MSG dan pengawet. Diolah dengan menggunakan bahan pilihan dan tepung bumbu racikan sendiri. Jadinya lebih sehat dibandingkan membeli ayam goreng di tempat lain.

Instagram: @ayamgeprekmakbete

Whatsapp: 08161453403

Mengenal The Strategist

Bagi yang penasaran apa sih itu The Strategist? Mba Fatma menjelaskan kalau The Strategist merupakan Management Consultant, yang mengadakan berbagai pelatihan.

The Strategist menawarkan berbagai pelatihan untuk meningkatkan kemampuan diri menjadi lebih baik. Baik itu sebagai pekerja atau pebisnis, setiap orang membutuhkan untuk berkembang menjadi lebih baik.

Gedung Talusan Jl. R.P. Soeroso No. 30 Cikini Menteng Jakarta Pusat 10330

Office: 021-21131138

Instagram: @thestrategist.consultant

Website: ww. thestrategist.id


Similar Posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *