Gerakan Gelombang Wakaf Membidik Generasi Milennial

Di dekat rumah dulu ada minimarket yang menempati bangunan wakaf, tapi sayangnya minimarket tutup. Padahal omsetnya kelihatan lumayan. Dan sekarang bangunan itu kosong, tidak digunakan.

Memang selama ini buat wakaf itu biasanya kuburan dan masjid. Sayangnya wakaf bangunan untuk bisnis, kadang tidak menghasilkan keuntungan yang diharapkan. Sehingga menjadi kesia-siaan.

Apalagi bangunan itu malah seperti bekas minimarket, sampai sekarang dibiarkan kosong. Sayang banget. Untuk ini memang, pengelola wakaf perlu mempunyai insting bisnis yang bagus.

Bisakah Wakaf Selain Tanah Dan Bangunan?

Jujur saya belum pernah wakaf, membayangkan akan wakaf juga belum berani. Soalnya mau wakaf tanah atau bangunan sepertinya mahal banget. Boro-boro wakaf, punya tanah dan rumah aja belum. Jadi gimana mau wakaf ya?

Pernah sih, ditawari untuk wakaf berupa uang. Biasanya suka disodori amplop di mal-mal, dari stand lembaga wakaf. Tapi masih ragu-ragu juga. Memangnya ada wakaf tunai? Bukannya itu sama saja dengan sedekah?

Alhamdulillah, akhirnya saya bisa mengetahui lebih jauh mengenai wakaf. Dengan menghadiri undangan launching Gerakan Gelombang Wakaf dari Rumah Zakat, pada hari Selasa, 12 Februari 2018.

Gelombang Rumah Wakaf, Rumah Zakat
Nur Efendi, CEO Rumah Zakat

Ternyata wakaf tunai berupa uang memang ada. Malah emas, mobil dan barang lainnya yang bisa digunakan demi kepentingan umat. Contohnya emas di puncak Monas itu ternyata hasil wakaf dari pengusaha Aceh lhoo..

Jadi barang yang diwakafkan, bisa digunakan untuk kepentingan umat, atau dijadikan usaha, yang keuntungannya juga untuk umat.

Malah para jamaah haji asal Aceh, selalu mendapatkan jatah pembagian, dari hasil usaha wakaf pengusaha Aceh di Mekah. Alhamdulillah banget.

Jadi kalau sedekah berupa uang biasanya langsung habis untuk konsumsi, tapi uang untuk wakaf langsung dikelola agar bisa dirasakan manfaatnya oleh masyarakat.

Lalu bagaimana sih akad dalam perjanjian wakaf tersebut? Bisakah kita sebagai pemberi wakaf, meminta dimasukkan point-point dalam akad wakaf?

Ternyata menurut CEO Rumah Zakat, Nur Efendi, dalam akad wakaf bisa ada perjanjian, seperti pengusaha Aceh tersebut, meminta sebagian hasil usaha wakafnya untuk jamaah haji asal Aceh.

Begitu pula bila kita wakaf dalam pembangunan sekolah, kita sebagai pemberi wakaf, bisa meminta dimasukkan dalam akad, supaya anak-anak kita bisa gratis di sekolah itu.

Lucu kan, bila sudah ikutan wakaf dalam pembangunan sekolah, tapi malah tidak bisa masuk sekolah tersebut, karena biaya masuk dan SPP-nya semakin mahal.

Apa Sih Gerakan Gelombang Wakaf

Dengan wakaf, Rumah Zakat sudah mendirikan Sekolah Islam, rumah sakit, klinik dan sebagainya. Selain itu juga ikut mengembangkan desa, dengan membangun jembatan, agar akses antar desa lebih mudah.

Dan kerennya tidak hanya untuk membangun sektor kesehatan,  pendidikan dan pembangunan saja. Rumah Zakat juga mendorong sektor perekonomian masyarakat dengan wakaf, biar lebih sejahtera.

Karena ternyata gap kemiskinan 2 persen ada di pedesaan. Jadi desa mendapatkan prioritas oleh Rumah Zakat dalam mengelola wakaf.

Sayangnya edukasi wakaf masih sangat minim. Di perkotaan, kita memang sudah familiar sama zakat dan sedekah, tapi pemahaman wakaf masih kurang.

Padahal generasi millenial sekarang yang akrab dengan dunia digital, bisa jadi memiliki pendapatan yang sangat memungkinkan untuk berwakaf.

Tahu kan youtuber sekelas Ria Ricis dan Atta Halilintar penghasilannya? Bahkan Raffi Ahmad pun penghasilannya tujuh kali presiden RI. Bukannya mau julid, saya yakin pasti mereka sudah banyak sedekah dan zakat. Tapi masih kurang paham dengan wakaf.

Gerakan Gelombang Wakaf
Para narasumber dan moderator

Nah dengan Gerakan Gelombang Wakaf, menurut Nur Efendi, akan mengedukasi masyarakat melalui seminar di Indonesia dan aktivasi melalui media sosial. Karena memang generasi millennial memang banyak berinteraksi dengan media sosial, seperti saya hehe..

Dengan potensi wakaf yang tidak terbatas, karena memang tidak seperti zakat yang ada nisabnya. Masyarakat bisa berwakaf kapan saja dan berapa saja. Ini bisa dikelola sehingga keuntungannya bisa untuk kepentingan bersama.

Sally Giovanni, Pengusaha Batik Trusmi Cirebon

Seperti Sally yang membuktikan betapa wakaf bus bisa dijadikan sebagai sumber penghasilan, untuk membiayai rumah tahfiz yayasan mereka.

Berangkat dari kegigihan dirinya dan suaminya yang menikah pada usia 17 tahun, Sally merintis usaha batik dari nol. Dengan menjual batik-batiknya dari Cirebon ke pasar Tanah Abang.

Bisnis yang tidak selalu mulus, sampai kemudian musibah terbesar dirasakan saat kedua tokonya tutup. Di situ Sally dan suami instropeksi diri, mereka lalu memutuskan mendirikan rumah tahfiz.

Sekarang batik Trusmi sudah terkenal dan omsetnya juga besar. Sally dan suaminya sedang bermimpi untuk mendirikan rumah sakit dari hasil wakaf.

Sally Giovanni, batik Trusmi
Sally Giovanni, batik Trusmi

Di usia yang masih muda, Sally dan suaminya sudah bisa berwakaf dan mendirikan rumah tahfiz. Ini bisa menjadi motivasi bagi generasi millennial, seperti saya untuk berwakaf. Amin yra.

 

 

 

 

 

 

 

Similar Posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *