Berbicara tentang bisnis masa depan, ternyata memunculkan trend tentang kebersamaan dalam bidang ekonomi. Dimana kesejahteraan itu milik bersama, bukan hanya milik segelintir orang. Dan di luar negeri, sudah banyak yang membuktikan mendirikan usaha bersama-sama dengan koperasi, bisa menyejahterakan rakyat dan mengurangi perusahaan monopoli.
|
(Para narasumber Koperasi Zaman Now) |
Pernahkah terbayang suatu hari kita adalah pemilik perusahaan properti, minimarket, perusahaan ojek online, mall, dan lain-lain? Bagaimana bisa, kan uang yang kita miliki sebagai modal tidak banyak, kapan kita bisa mengumpulkan uang mendirikan uang sebanyak itu? Jawabannya dengan bergabung ke dalam koperasi.
Koperasi Sebagai Solusi Dari Ekonomi Berbagi
|
(Narasumber Dan Pelaku Koperasi) |
Financial freedom sudah digaungkan di luar negeri bertahun-tahun yang lalu, dan membuat banyak generasi muda berlomba-lomba mendirikan usaha. Apalagi kemilau kesuksesan Silicon Valley, yang kemudian menular di Indonesia, memunculkan banyak start up dari kalangan muda, yang bersemangat dalam berbisnis.
Sayangnya dalam berbisnis, semangat saja tidak cukup. Kemampuan finansial juga dibutuhkan dalam membangun usaha. Bagi yang bermodal kuat, membangun bisnis bisa lebih mudah, tapi bagi yang modalnya kurang, kadang menyerah, dan bisnisnya bubar.
Hal ini kemudian dijawab oleh Gojek, dengan menerapkan Ekonomi Berbagi yang diutarakan oleh Rhenald Kasali. Gojek bermodalkan aplikasi, menggandeng para driver sebagai mitra, bukan sebagai pekerja. Sehingga Gojek tidak perlu menggaji bulanan, membelikan motor, mengeluarkan uang untuk perawatan, dan lain-lain.
Namun dalam penerapannya, driver Gojek kerap merasa dirugikan, karena sebagai mitra, tidak punya kewenangan untuk menentukan porsi pendapatan. Apalagi ada beberapa kebijakan Gojek yang menurut mereka kurang sesuai, sehingga membuat driver kerap berdemo.
Lalu bagaimana caranya agar para driver ini bisa mendapatkan pendapatan sesuai dengan jerih payah mereka? Dan tidak ada lagi keuntungan besar yang hanya berpihak pada manajemen. Jawabannya lagi-lagi dengan koperasi. Dengan menerapkan Ekonomi Berbagi dalam koperasi, maka setiap orang akan mendapatkan hasil yang sesuai dengan kontribusinya.
Koperasi Zaman Now
Di luar negeri, trend koperasi sudah sangat populer. Negara maju mana sekarang yang belum mempunyai koperasi besar? Rata-rata koperasi malah sudah menjadi perusahaan besar yang go international, seperti JCCU di Jepang, Sun Pride di Amerika, dan sebagainya.
Di Indonesia pun, koperasi sedang tumbuh dengan pesat. Di Bandung pun ada Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara, yang sudah menjadi perusahaan susu yang besar. Dan menyejahterakan para anggotanya yang peternak sapi.
Karena itu Kementerian Koperasi dan UKM, sedang giat-giatnya menggalakkan koperasi. Tapi bukan koperasi simpan pinjam yang jadul, dan membosankan. Ini koperasi yang koperasi yang keren dan menjawab kebutuhan masyakarat dengan teknologi, yaitu Koperasi Zaman Now.
Dan alhamdulillah saya pada hari Kamis, 26 Agustus 2018, mendapatkan undangan menghadiri seminar bertemakan Koperasi Zaman Now, di Kementerian Koperasi dan UKM.
Dengan 152.714 unit Koperasi yang ada saat ini di Indonesia, menurut ir. Meliadi Sembiring, M.SC, koperasi terbentur pada masalah SDM, Kelembagaan, Manajemen dan Teknologi, Pembiayaan dan Permodalan serta Produksi dan Pemasaran.
Koperasi diharapkan dapat ikut memanfaatkan potensi ekonomi digital Indonesia, yang dapat dilakukan dengan rebranding koperasi, menurut Bagus Rachman, Asisten Deputi Penyuluhan Deputi Bidang Kelembagaan. Reformasi total Koperasi diperlukan agar menjadi koperasi yang sesuai dengan perkembangan zaman, yaitu menjadi Koperasi Zaman Now.
Koperasi Syariah Baldah Di Sawangan
Keinginan masyarakat untuk mempunyai koperasi syariah terwujud beberapa waktu lalu, dengan munculnya koperasi syariah dimana-mana, seperti koperasi syariah 212.
Dan sekarang ada juga koperasi syariah Al Barkah yang awalnya terbentuk karena inisiatif Dewan Kepengurusan Masjid. Menurut aku sih, ini koperasi bagus banget, karena memanfaatkan ruang kosong di masjid, untuk menyimpan stok barang. Dan juga menggerakkan perekonomian di masjid.
Bagus banget idenya, menggunakan potensi jamaah untuk menjadi anggota koperasi sekaligus konsumen. Barang yang dijual juga sembako untuk kebutuhan sehari-hari, dan bisa menjadi sumber pendapatan bagi pengurus masjid yang menjadi pegawai koperasi.
|
(Perwakilan Koperasi Al Barkah) |
Untuk saat ini koperasi Al Barkah yang dibentuk pada 19 Februari 2019, berpusat di Sawangan, Depok, sudah diterapkan di tiga masjid. Dan hebatnya lagi Al Barkah menggunakan aplikasi di handphone yang disebut kodi. Lalu apa sih kerennya kodi ya?
- Informasi Kinerja, sehingga bisa ketahuan kesehatan keuangan setiap bulan
- Kemudahan Interaksi, bisa melakukan rapat anggota secara online
- Pencatatan online, kemudahan pencatatan koperasi
- Transparansi, untuk mengetahui dengan mudah pembagian SHU
Alhamdulillah dengan aplikasi kodi, Al Barkah menjawab tantangan digital, untuk menjadi koperasi zaman now.
Koperasi Milenial Memberikan Ruang Gerak Untuk Berekspresi
Generasi milennial sekarang, sangat mementingkan passion daripada gaji. Mereka sudah enggan bekerja di kantor yang monoton, karena ruang geraknya terbatas. Tapi bila mendirikan usaha, biasanya terbentur dengan modal, dalam mengembangkan usaha.
Dan ujung-ujungnya mereka menjual usahanya, dan menjadi karyawan pada perusahaan tersebut. Ini sangat menyedihkan menurut Amrul Hakim, PR Manager Kosakti.
Padahal generasi milennial mempunyai banyak ide brilian dan juga lebih memperhatikan masyarakat dan lingkungan dalam membangun usaha. Sehingga diperlukan koperasi dalam membangun usaha bersama.
Koperasi milennial bisa menjadi solusi yang tepat bagi para sociopreneur, travelpreneur dan juga pelaku ekonomi kreatif. Dengan koperasi milenial, mereka bisa berkarya, menciptakan ide dan juga mengembangkan ide bisnis, tanpa khawatir akan bangkrut di pinggir jalan, karena kekurangan modal.
Selain itu menurut Amrul Hakim, dalam mendirikan koperasi langkah termudah dalam mendapatkan modal, dengan membuat bisnis plan, untuk mengetahui modal yang diperlukan. Lalu modal tersebut dibagi menjadi sejumlah kupon yang dibeli anggota koperasi.
|
(Amrul Hakim, PR Manager Kosakti) |
Bila tidak tercapai modal, maka kekurangannya bisa ditutupi dengan mencari pihak ketiga. Lalu bagaiman bagi hasilnya? Nah bisa ditetapkan bagi hasil misal 80:20, maka 80 persen hasil untuk pemegang saham, dan 20 persen untuk koperasi. Dimana 20 persen itu juga dibagi kepada anggota koperasi, sebagai Sisa Hasil Usaha (SHU).
Mudah bukan mendirikan koperasi? Karena kerja bersama dengan koperasi, memang lebih baik dan lebih kuat dibandingkan kerja sendiri.
Koperasi berjaya, ekonomi kuat Yeay…
Cita cita mengwujudkan impian bagian daripada jati diri yang ingin di tonjolkan