Ada yang pernah mengunjungi Pesta Kesenian Bali di Taman Budaya, Art Center Kesiranawa Denpasar? Tahun ini diadakan lagi lho untuk yang ke-40 kalinya yang berlangsung pada 23 Juni sampai dengan 21 Juli 2018. Uniknya di Pesta Kesenian ini, tidak pernah ketinggalan dengan pameran barang souvenir dan kerajinan para pelaku UKM di Bali dan juga stand-stand kuliner yang menyajikan berbagai macam makanan dan minuman khas Bali.
Eat, Pray, Love, novel karya Elizabeth Gilbert, yang kemudian diangkat menjadi film, dengan dibintangi oleh Julia Roberts, memang pas dalam menggambarkan Bali. Saya tidak pernah mempercayai, jatuh cinta pada Bali, saat pertama kali menjejakkan kaki di Bali pada tanggal 30 Juni, memenuhi undangan dari Kementerian Koperasi dan UKM bersama mitra blogger Indoblognet. Suasana Bali yang teduh, rindang dengan berbagai arsitektur Bali menyambut kedatangan kami, saat perjalanan ke hotel.
Daftar Isi
- 1 Mencicipi Kuliner Bali Yang Menggunggah Selera
- 2
Setelah menyaksikan Turnamen Bali Open 2018, kami para blogger berkunjung ke pameran souvenir dan kuliner, yang menjadi bagian dari Pesta Kesenian Bali di Taman Budaya.
Karena merasa agak mengantuk, saya dan mbak Ika, founder MB Indoblognet, langsung tertarik untuk menyicipi kopi Bali BanyuaTis. Rasanya menurut saya agak mirip dengan kopi Sumatra, namun agak seperti kacang kedelai. Kalau diracik sedemikian rupa, tidak jauh dengan kopi cafe.
Selain minum di tempat, kita juga bisa beli dalam bentuk kemasan dan sachet langsung pakai dengan gula. Untuk sachet yang berisi gula dan kopi, harganya cuma 10 ribu, sedangkan untuk kemasan harganya variatif dari 5.500 sampai 70.000.
Ternyata penjualan kopi BanyuaTis ini sudah sampai ke Jakarta, dan ada perwakilannya di Pejaten Barat. Untuk sewa stand 1 bulan, sekitar 1,5 juta. Sayang omset selama Festival Kesenian tidak diketahui. Untuk minuman selain kopi, juga ada es cendol, es Daluman, es teh dan sebagainya.
Makanan yang dijual juga rata-rata merupakan masakan Bali yang berupa Nasi Ayam Betutu, Nasi Sela, Sate Lilit Ayam, dan lain-lain. Sate lilit ayam ini, agak mirip nuget ayam yang belum digoreng, tapi rasanya lebih enak dikasih bumbu rempah dan ada irisan sayur. Suasana stand yang dibuat dengan Gubuk membuat rasa perut ingin menyantap semuanya.
Stand Kuliner ini cukup ramai, dari baru tiba sampai kami balik kembali menyaksikan Turnamen Bali Open tetap saja ramai oleh pengunjung. Kelihatannya rasa kuliner Bali yang tidak jauh beda dengan rasa kuliner rata-rata Indonesia, membuat makanan Bali enak terasa di lidah. Dan sepertinya pelaku UKM kuliner meraup untung yang lumayan selama pameran.
- 3 Menengok Berbagai Macam Kerajinan Bali
- 4 Tempat Lain Menjual Oleh-Oleh Dan Kerajinan Bali
- 5 Kendala Yang Dihadapi Para UKM
- 6 Solusi Permasalahan UKM
Mencicipi Kuliner Bali Yang Menggunggah Selera
Setelah menyaksikan Turnamen Bali Open 2018, kami para blogger berkunjung ke pameran souvenir dan kuliner, yang menjadi bagian dari Pesta Kesenian Bali di Taman Budaya.
Karena merasa agak mengantuk, saya dan mbak Ika, founder MB Indoblognet, langsung tertarik untuk menyicipi kopi Bali BanyuaTis. Rasanya menurut saya agak mirip dengan kopi Sumatra, namun agak seperti kacang kedelai. Kalau diracik sedemikian rupa, tidak jauh dengan kopi cafe.
Selain minum di tempat, kita juga bisa beli dalam bentuk kemasan dan sachet langsung pakai dengan gula. Untuk sachet yang berisi gula dan kopi, harganya cuma 10 ribu, sedangkan untuk kemasan harganya variatif dari 5.500 sampai 70.000.
Ternyata penjualan kopi BanyuaTis ini sudah sampai ke Jakarta, dan ada perwakilannya di Pejaten Barat. Untuk sewa stand 1 bulan, sekitar 1,5 juta. Sayang omset selama Festival Kesenian tidak diketahui. Untuk minuman selain kopi, juga ada es cendol, es Daluman, es teh dan sebagainya.
Makanan yang dijual juga rata-rata merupakan masakan Bali yang berupa Nasi Ayam Betutu, Nasi Sela, Sate Lilit Ayam, dan lain-lain. Sate lilit ayam ini, agak mirip nuget ayam yang belum digoreng, tapi rasanya lebih enak dikasih bumbu rempah dan ada irisan sayur. Suasana stand yang dibuat dengan Gubuk membuat rasa perut ingin menyantap semuanya.
Stand Kuliner ini cukup ramai, dari baru tiba sampai kami balik kembali menyaksikan Turnamen Bali Open tetap saja ramai oleh pengunjung. Kelihatannya rasa kuliner Bali yang tidak jauh beda dengan rasa kuliner rata-rata Indonesia, membuat makanan Bali enak terasa di lidah. Dan sepertinya pelaku UKM kuliner meraup untung yang lumayan selama pameran.
Menengok Berbagai Macam Kerajinan Bali
Di sini pun banyak sekali kerajinan Bali yang bikin jatuh cinta. Dari tas handmade yang terbuat dari rotan, kain-kain berlukiskan batik Bali, kerajinan perak, sepatu kulit dan lain-lain. Rasanya mau membeli semua, bila tidak mengingat uang di kantung dan batasan bagasi di pesawat. Dari beberapa pelaku UKM yang kami datangi, semua rata-rata ramah dan terbuka untuk diajak mengobrol, hanya sayang banyak stand yang tidak dijaga oleh pemilik, sehingga agak susah untuk mendapatkan informasi secara lengkap.
Di salah satu stand Penjualan topeng dan wayang kulit Bali, untuk pemesanan dari luar Bali, biasanya untuk pentas Kesenian. Sayang belum pernah mengikuti pameran di Luar Negeri. Dari segi harga kompetitif, untuk satu topeng karakter tokoh Bali hanya seharga 70 ribu rupiah. Topeng dan wayang kulitnya bila diamati, pembuatannya sangat halus dan pas untuk dipakai di muka. Saat saya tanyakan apakah juga membuat topeng karakter lain di luar tokoh Bali, seperti Gatot Kaca atau tokoh kartun lain, sayang mereka belum membuatnya.
Kerajinan perak dan anyaman bermotif juga sangat bagus, selain itu ada juga selendang yang dilukis dengan tangan. Dan kain yang sangat menarik minat saya, kain engkek, bordiran Karawang. Kain ini dijual dengan harga 250 ribu, dan bila menjadi baju harganya menjadi 350 ribu sampai 500 ribu, dengan baju tipe semi Karawang atau full Karawang. Walaupun belum mempunyai instagram dan website, penjualannya sudah mencapai Jakarta, dengan sistim pemesanan melalui media Whatsapp.
Kami juga menjumpai penjual souvenir dan tas Bali. Untuk tas bulat Bali yang besar harganya 150 ribu dan yang kecil 125 ribu. Untuk gelang semua seharga 5 ribu dan juga mainan kayu berupa Yoyo, hanya 17.500, selain itu juga ada pistol kayu, dan lain-lain. Saya senang sekali, karena pas dibeli buat oleh-oleh keponakan yang masih kecil.
Tempat Lain Menjual Oleh-Oleh Dan Kerajinan Bali
Setelah Pasar Kesenian di Taman Budaya, kami mengunjungi Pantai Sanur, di sana kami juga menemui stand Kerajinan Bali, berupa gang kecil yang kanan-kirinya ada toko jualan baju dan souvenir Bali. Sayangnya harga di sini lebih mahal dibandingkan harga di pameran. Untuk tas anyaman bulat, yang tadi saya sebutkan 150 ribu menjadi 200 ribu di sini. Mungkin karena di sini lebih banyak wisatawan asing yang berkunjung ke pantai, sehingga harga lebih mahal.
Malamnya kami berkunjung ke toko oleh-oleh Krisna di Nusa Bali. Di sini khusus oleh-oleh memang lebih murah, karena lebih banyak dijual souvenir kecil dan juga makanan dalam jumlah kecil.
Besoknya saat pulang, kami pun mengunjungi kembali Krisna di dekat Bandara. Memang sejauh mata memandang, tempat ini sangat pas untuk membeli oleh-oleh. Tidak heran sangat ramai pengunjung.
Untungnya saya sempat berdialog dengan salah seorang turis bernama Noi, dari Timor Leste. Dari Noi, saya mengetahui ternyata ibu mertuanya, yang berasal dari Italia, memang menyukai produk kecantikan seperti body massage Bunga Jepun dan aromaterapi. Untuk barang-barang besar, seperti patung selain takut kelebihan bagasi, juga takut disita pihak bandara karena kena bea cukai. Mereka lebih menyukai barang-barang kecil untuk hadiah.
Untuk bulan yang ramai dikunjungi wisatawan luar negeri biasanya Juni-Juli, saat musim panas di Eropa. Bertepatan dengan liburan anak sekolah di Indonesia. Dan Desember saat menjelang natal.
Untuk kuliner, para turis tertarik untuk menikmati sambil merasakan kehidupan penduduk lokal. Kopi pun disukai sambil minum nongkrong di warung kopi. Kalau untuk dibawa pulang, mereka prefer kopi luwak yang rasanya international.
Kendala Yang Dihadapi Para UKM
Saya sebagai mantan pebisnis mengakui menjadi pelaku UKM itu membutuhkan ketekunan dan kerja keras. Tidak bisa menghadapi masalah sedikit langsung bubar bisnisnya. Selain itu diperlukan mental dan jiwa yang kuat dalam berusaha.
Selama berbincang dengan para pelaku UKM, ada beberapa hal yang perlu ditinjau:
- Perbedaan harga yang signifikan, bisa jadi ini akibat mahalnya harga stand dan juga sepinya pembeli
- Kurang memanfaatkan media sosial seperti instagram dan juga website, untuk menjangkau pembeli dari luar Bali
- Kurangnya pemanfaatan mesin debit untuk transaksi yang bernilai ratusan sampai jutaan rupiah. Walaupun ada stand bank BRI dan BBD untuk mengambil uang, tapi rasanya kurang efektif, karena tidak bisa langsung membayar dengan kartu debit di stand UKM.
- Pameran di luar Bali, baru mengikuti Surabaya dan Jakarta. Ada yang sudah pameran keluar negeri, tapi sangat sedikit.
- Dan sebagainya
Solusi Permasalahan UKM
- Koperasi Simpan Pinjam sebagai penyalur Kredit Usaha Rakyat (KUR).
Biasanya pelaku UKM untuk mengembangkan usahanya terbentur dengan modal. Apalagi untuk promosi di media sosial seperti instagram, memang membutuhkan modal bila mau profesional, seperti menggunakan fotografer handal untuk foto produk, dan juga jaringan internet yang lancar.
Oleh karena itu, Koperasi Simpan Pinjam sebagai penyalur Kredit Usaha Rakyat (KUR), bisa menjadi solusi. Apalagi para pelaku UKM, masih takut mengajukan KUR, karena takut tidak bisa membayar. Dengan Koperasi Simpan Pinjam, diharapkan pelaku UKM anggota Koperasi, lebih merasa nyaman dan percaya diri dalam mengajukan KUR.
- Sosialisasi PLUT KUKM(Pusat Layanan Usaha Terpadu Koperasi Usaha Kecil Menengah) dan akan dibangunnya Gedung PLUT di Jembrana
Sebagai pelaku UKM, kadang kita bingung mau konsultasi kemana. Apalagi permasalahan melanda UKM tanpa terduga, sehingga diperlukan tempat konsultasi yang mudah dijangkau. Dengan PLUT KUKM, dapat membantu dinas terkait, dalam mendampingi KUKM.
Selain itu akan dibangunnya gedung PLUT di Jembrana, diharapkan bisa menjadi pusat informasi, promosi produk UKM, unggulan daerah.