Apa Yang Harus Dilakukan Perempuan Korban Kekerasan Untuk Move On? Temukan Jawabannya Dalam The New Me


Pernahkah Moms mengalami kekerasan saat kecil, remaja, atau dewasa? Atau mungkin perempuan di sekitar Moms, seperti ibu sendiri, saudari perempuan, sepupu, rekan kerja, atau perempuan manapun yang Moms kenal. Biasanya perempuan yang mengalami kekerasan secara seksual, fisik dan mental, akan membawa luka selama hidupnya. Sayangnya Moms, tidak semua perempuan yang menjadi korban kekerasan, mencari jalan keluar dari masalah. Kenapa bisa begitu? Karena mereka menutup diri dan mengucilkan diri dari pergaulan, Moms. 
Kadang Perempuan Tidak menyadari kalau dirinya Merupakan Korban Kekerasan
Sangat disayangkan ya Moms, kalau korban hanya menganggap, sudah takdirnya untuk menerima kekerasan dari laki-laki. Membiarkan dirinya tetap berada di dalam lingkaran kekerasan tersebut. Padahal sekarang ini sudah banyak lembaga dan komunitas bahkan individu yang siap membantu korban, untuk keluar dan mencari pertolongan. Membiarkan diri dalam penyiksaan tidak dapat ditolerir dengan kata ‘sabar’. Karena menjalani hidup dengan menjadi korban akan bisa mengancam keselamatan diri sendiri. Bayangkan Moms, setiap saat korban bisa saja terbunuh, saat pelaku secara brutal menyiksanya. Seram sekali.
Diskusi The New Me, Where Girls Support Other Girls
 
 
Berkaitan dengan itu Moms, In Commeration 16 Days Days of Activism against Gender Based Violence dari tanggal 25 November-10 Desember 2016 di Plaza Indonesia, pada tanggal 3 Desember 2016, diadakan diskusi ‘The New Me. Where Girls Support Other Girls,’ yang diadakan oleh Pundi Perempuan bersama dengan Change.Org, Indorelawan.Org, Wardah dan Elevenia. 
Diskusi ini dihadiri oleh tiga narasumber yaitu, Shera Rindra (Aktivis Perempuan), Rissa (Lippielust, Beauty Influencer), dan Virlian Nurkristi (Pundi Perempuan). Amazingnya di diskusi ini, kedua narasumber yaitu Shera dan Rissa, dengan percaya diri, menceritakan dirinya yang menjadi korban kekerasan sedari kecil, seperti pemerkosaan, kekerasan fisik dan psikis. Tangguh sekali!
Korban Pemerkosaan Lebih Suka Mengadu Ke Individu Dibandingkan Ke Polisi 

 

Menurut Virlian, sejak tahun 1998, pengaduan korban pemerkosaan masih diterima dengan nada sumbang. “Kalau datang ke polisi, perempuan yang disalahin oleh polisi. Sadisnya lagi, polisi suka bertanya, kamu goyang nggak? Jadi kalau perempuan berontak sehingga goyang, dianggap menikmati pemerkosaan.” Tega banget ya Moms, dibilang begitu. Oleh karena itu Moms, banyak korban yang hanya mengadu ke individu-individu di dekatnya, tanpa mau menempuh jalur hukum. 
Berdirinya Pundi Perempuan, Untuk Membantu Pendanaan Korban Kekerasan Perempuan
Nah Moms, pada tahun 2000-an, Komnas Perempuan mengagas Pundi Perempuan. Di awali tahun 2003, dengan memberikan uang 10 juta ke komunitas. Uangnya buat apa? Ya, untuk membiayai perkara, yaitu operasional pengadilan, visum, transportasi, diperiksa polisi berkali-kali. Nah Moms, untuk itu korban memerlukan biaya kurang lebih 5 juta untuk sampai sidang. Waktu yang dibutuhkan juga sangat lamaaa.. Wow.
Ditambah lagi Moms, setiap komunitas paling banyak hanya bisa menangani 10 kasus dalam setahun. Sedangkan korban kekerasan perempuan itu banyak sekali. Sehingga memerlukan dana yang besar untuk membantu korban kekerasan. Jadi Moms, Pundi Perempuan, mengajak teman-teman terlibat dalam penggalangan dana publik. Terus kalau donatur mau tahu uangnya disalurkan buat apa. Jangan khawatir Moms, untuk laporan keuangannya, Pundi Perempuan mengirim laporannya ke donatur dan publik yang lebih luas.
Ciri Khusus Pelaku Kekerasan Perempuan
Oh ya, Moms pasti ingin tahu ciri khusus pelaku kekerasan, agar kita bisa menghindarinya. Atau agar melindungi anak perempuan kita dari pelaku kekerasan. Sayangnya berdasarkan jawaban ketiga narasumber, untuk pertanyaan salah satu peserta, tidak ada ciri khususnya Moms. Jadi perempuan harus hati-hati sendiri. Please be carefull, Moms!
 
Menurut Risa, tipe pelaku kelas 3 SD yang memperkosanya saat kecil, memang tidak diperhatikan orang tua sehingga bisa mengakses apapun di internet. Lalu pacarnya saat SMU yang melakukan kekerasan fisik dan psikis, itu tipe anak manja. Egois. Sedangkan menurut Siera, selama sebagai penyintas dan pendamping, pelaku penampakan baik banget, solat, nurut sama orang tua. Perfect. Saat minta maaf karena telah melakukan kekerasan, sampai lebay, agar dimaafkan. Waduh, gimana Moms? Berarti susah dong, buat nentuin ciri khusus pelaku kekerasan perempuan. 
Sedangkan menurut Virlian, bila perempuan mempunyai pacar yang posesif, harus hati-hati itu. Lha memangnya kenapa? Karena posesif, merupakan ciri umum laki-laki, pelaku kekerasan perempuan. Ya ampun, susah ni Moms. Apalagi kan perempuan biasanya suka kagum sama laki-laki tipe begitu. Tapi kita juga jangan menganggap semua laki-laki tipe perfect itu pelaku kekerasan lho Moms. Hehe..                                          
                                                                              
Siklus Kekerasan Perempuan
Ternyata Moms, menurut Virlian, ada yang namanya siklus kekerasan perempuan. “Dari awal hubungan terjalin, bisa dalam ikatan pernikahan atau hubungan pacaran. Siklus bermula dari perempuan yang mulai dipukuli, lalu bergeser ke titik selanjutnya, dimana pelaku akan minta maaf, sumpah mati tidak akan mengulangi perbuatan sampai mau bunuh diri segala. Si perempuan akan memaafkan karena kasihan, kemudian bergeser ke masa bulan madu, mesra banget. Perempuan sampai lupa semua yang sudah terjadi, manis semua, kemudian balik lagi ke titik, di masa tegang, hubungan mulai ribut lagi, lalu masuk ke titik dimana perempuan dipukuli. Semakin lama, siklus akan mengecil. Yang tadi setelah pemukulan, masa bulan madu lebar, makin lama mengecil, dan yang paling lama masa tegang, lalu dipukuli lagi.” 
Dalam siklus ini Moms, ditegaskan oleh Virlian, lama kelamaan masa bulan madu tidak ada lagi, yang ada hanya kekerasan terhadap perempuan. Lalu apa yang harus dilakukan perempuan, Moms? “Perempuan harus memutus siklus dengan keluar,” saran Virlian. Harus bicara. Sudah tidak waktunya jika perempuan korban kekerasan, diam menutup diri. Carilah bantuan. Jadi perempuan jangan mau terus-terusan jadi korban laki-laki, Moms. Kita harus fight!
 
Kisah Nyata Narasumber
Moms, pasti penasaran bagaimana korban pemerkosaan itu bisa move on. Lalu bagaimana mereka menemukan jalannya sendiri? Berdasarkan kisah nyata Shera, yang menceritakan betapa dia menjadi trauma, karena media mengekspos kasus pemerkosaannya secara brutal. Shera menjadi depresi dan ketakutan. Sulit sosialisasi dan percaya pada orang. Shera lalu memilih mengurung diri di kamar berbulan-bulan, ditambah percobaan bunuh diri. Ya ampun, sedih ya Moms. Tapi kemudian Shera capek sendiri dan memutuskan untuk menjadi aktivis perempuan, karena termotivasi dengan aktivis perempuan yang mendampinginya. Lalu Rissa juga menuturkan, saat pacaran tidak mengalami kekerasan seksual, tapi mengalami kekerasan fisik dan psikis. Rahangnya ditonjok sehingga bentuk rahangnya berubah. Sebagai beauty influencer, Moms, dengan nama @Lippielust, Rissa selalu memakai lipstik keluar dari garis bibir. Beauty Influencer. Kenapa begitu? Ya, untuk menutupi bentuk rahangnya yang tidak sempurna lagi. 
Don’t Cover Your Abuse With Make Up. Speak Up! 
Ada yang unik dari diskusi ini Moms, ada satu stand dengan kosmetik blush on dan eyeshadow dari Wardah. Dari awal masuk ruangan, saya kira akan diajarkan make-up cantik gitu lho. Lumayanlah buat belajar make-up. Eh, ternyata peserta diminta membuat tanda memar untuk bekas kekerasan di wajah. Nah lho, saya bingung mau mengoleskan warna apa di wajah, secara tidak pernah muka memar. Aduh jangan sampai deh Moms. Lalu ada yang nyeletuk, “Kalau warna merah itu berdarah dan warna biru itu bekas memar”. Ya sudahlah, saya oleskan warna merah dan biru sekalian, hehe.. jadi beginilah mukanya.
 
Pameran Hasil Lomba Komik Dan Kartun Bertemakan Kesetaraan Gender
 

Oh ya Moms, di dalam ruangan juga dipamerkan 20 karya komik dan kartun yang terpilih dari 500 karya yang termasuk dalam Planet 50-50 Comic and Cartoon Exhibition on Gender Equality, 25 November – 10 December 2016. Mau lihat karyanya, Moms? Ini karya pemenang juara 1, yeaaayyy…

Selain itu Moms, ada karya yang merupakan juara favorit sekaligus memenangkan juara 2. penasaran mau lihat? Nih diaaaa…

  

Mewakili perempuan banget ya Moms, kedua karya di atas. Kadang perempuan memang mengalami dilema dalam berprestasi. Kalau tidak dipandang rendah oleh laki-laki di lingkungan kerja, perempuan terikat dengan tugas-tugas domestik di rumah, hehe…

Similar Posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *