Review buku Ghosts Among Us

Saya takut sekali saat mendapatkan kiriman buku ini. Benaran nih, mau me-review buku ini? Yang benar saja? Seram banget soalnya. Dari judulnya sudah ketahuan cerita di dalamnya. Haduh. Gimana me-review? Baca saja sudah nggak berani. Ini bukunya cocok banget buat yang pemberani dan tidak takut hantu.  Tapi apa mau dikata, dikarenakan deadline dari mba Leyla Hana, akhirnya saya memaksakan diri untuk membacanya. Wkwkwkw…
Buat yang memang doyan buku cerita hantu dan kisah horor, ini pas banget dibaca! Atau kalau memang kamu ingin menantang diri kamu agar berani bersentuhan dengan dunia hantu. Pasti senang sekali membacanya. Saya jujur, untuk membaca buku ini harus saat pagi sampai sore, karena tidak berani baca di malam hari. Seramnya membuat saya tidak berani kemana-mana saat malam hari. Mau tahu seperti apa seramnya buku ini, baca dulu review saya..

                                                  Judul : Ghosts Among Us
                                                  Penulis : Ambrose Bierce, Edward Frederic Benson,
                                                  E. Nesbit, Mark Twain, Sabine Baring-Gould
                                                  Penerbit : Grantika Publishing
                                                  Genre : Horor
                                                  Tebal : 192
                                                  Terbit : Januari 2016
                                                  ISBN : 978-602-17914-5-5

Blurb:
Aku terbaring dan berselimut di tempat tidur sambil mendengarkan suara hujan, angin dan derit samar dari jendela-jendela di ruangan yang jauh, hingga suara-suara itu membuaiku tidur. Tapi tiba-tiba saja aku terjaga dan diliputi ekspektasi yang sangat kuat. Kemudian selimutku bergeser perlahan-lahan ke arah kaki tempat tidur, seperti ada yang menariknya! Aku tidak sanggup bergerak, tidak sanggup berkata-kata. Selimut terlepas dari peganganku. Aku mengerang. Erangan sahutan terdengar dari kaki tempat tidur! Kemudian aku mendengar langkah-langkah berat di kamarku… Sewaktu kepanikanku sudah memudar, aku berkata pada diriku sendiri. “Ini hanya mimpi. Hanya mimpi yang menyeramkan.”
Tetapi benarkah itu hanya mimpi? Kadang hal yang paling menakutkan bukanlah kenyataan yang akan seakan menyerupai mimpi terburukmu!
Dalam buku ini, kau akan menemukan kisah-kisah horor yang akan membuatmu merinding, membuatmu tidak berani tidur sendirian dalam gelap, dan menjadi lebih awas terhadap sekitarmu. Buku ini adalah salah satu buku yang akan membangkitkan mimpi burukmu.
Saya bingung sebenarnya cerita menyeramkan hantu di buku ini, cerita asli atau karangan si penulisnya. Kalau mau dikatakan karangan, tapi mengapa disebutkan tanggalnya? Seperti petikan cerita di bawah ini.
Narasi ini dimulai dengan kematian tokoh utamanya, Silas Deemer meninggal dunia pada tanggal 16 Juni 1863, dan kemudian jasadnya dikuburkan. (Hal. 129, Misteri Wadah Syrup)
Terlepas dari kisah di buku ini kisah nyata atau karangan, kisah-kisah di dalam buku ini, selain membuat saya ketakutan tapi juga bisa dijadikan sebagai pembelajaran. Seperti saat kita mau memesan kamar hotel, jangan sampai menerima sembarangan kamar, karena kamar yang lain pada penuh. Cek dan ricek dulu kamarnya, siapa tahu mungkin kamar yang akan kamu tempati itu, ada hantunya. Hiiii… 
Teror yang melumpuhkan masih menyelimutiku. Aku berusaha bicara, tapi gagal. Pintuku terus diketuk, dan suara yang memberitahukan wiski pesanan masih terus terdengar. Lalu pada upayaku yang kedua untuk bicara, aku mendengar suara serak yang adalah suaraku sendiri, menjawab : “Astaga! Ayo masuk. Aku sendirian bersama ‘itu’.” (Hal. 19, Tempat Tidur Kosong)
Ada juga kisah menyeramkan yang penuh dengan nostalgia cinta. Dimana seorang penulis menemukan sebuah lukisan perempuan di rumah warisan bibinya dan jatuh cinta pada perempuan di lukisan. Perempuan itu menjelma menjadi wanita nyata dan mengatakan sang penulis merupakan kekasihnya dulu. Penulis jatuh cinta, walau penulis sadar wanita itu keluar dari lukisan, bukan wanita biasa.
Aku sedang tidak mengantuk, aku sedang tidak mabuk. Aku sepenuhnya sadar dan awas. Namun, saat menjulurkan kedua tangan, aku melihat mata dalam lukisan itu membesar, bibirnya bergetar-seandainya pun aku akan digantung kalau mengatakannya, aku tetap mengatakan hal ini: ini sungguh terjadi. Kedua tangan wanita gambar wanita itu bergerak sedikit, dan secercah senyuman samar berkelebat di wajahnya. (Hal. 150-151, Bingkai Kayu Eboni)
Selain itu, diceritakan pula kisah peperangan, dimana seorang serdadu yang terbebas dari serangan Indian, pada musim gugur tahun 1866. Serdadu itu sebenarnya sudah dikuburkan jenazahnya karena sudah mati di tangan Indian, sehingga serdadu itu dianggap berpura-pura menjadi serdadu yang sudah mati. 
“Tentu saja,” jawabnya, “persis seperti yang kuceritakan padamu. Itu jasad Dave Duck, banyak yang mengenalnya. Tapi kau, peniru tak tahu diri, sebaiknya jujur padaku tentang siapa dirimu sebenarnya.” (Hal. 106, Serdadu Bernyawa Dua)
Selain itu ada juga kisah horor komedi, tentang hantu Raksasa Cardiff, yang tidak tenang jasadnya dibaringkan di museum. Tapi hantu itu merasa jenuh menggentayangi bangunan. Ternyata jasadnya di museum itu bukan jasad aslinya, tapi tiruan jasadnya. Waduh.
Aku beranjak dari posisi duduk dengan semangat, dan berseru: “Ini dampak yang lebih buruk dari segagal hal yang pernah terjadi! Dengar ya, fosil tua yang malang, kau sudah menyia-nyiakan waktumu menghantui tempat ini. Selama ini, yang kau hantui itu hanyalah TIRUAN JASADmu yang terbuat dari GIPS. Raksasa Cardiff yang asli ada di Al-bania! Astaga! Kau tidak tahu menahu soal jasadmu sendiri?” (Hal. 31, Kisah Si Hantu)
Dan pada penutupan kisah menyeramkan di buku ini, ada sebuah kisah cinta yang terbalut cerita horor. Seorang suami yang marah pada istrinya pada minggu ketiga pernikahan mereka. Si istri menghilang, dan ditemukan meninggal setelah melahirkan oleh suaminya. Penyesalan suami, membuat arwah istrinya mendatanginya, tapi si suami ketakutan melihat hantu istrinya. Setelah arwah istrinya menghilang, suaminya kembali menyesal tidak menyambut arwah istrinya.
“Sepertinya,” katanya lesu, “kau pasti takut, kan, kalau aku mendekat dan menciummu karena aku sudah mati?” (Hal. 190, Bangkit Dari Kematian)
Uniknya, ternyata kisah-kisah menyeramkan di buku ini, tidak sepenuhnya tentang hantu, tapi juga berisi cinta, bernyawa dua, pencurian, balas dendam, dan lain sebagainya. Bumbu kehidupan yang diceritakan bersama kisah hantu, terasa begitu nyata. Membaca buku ini, seakan merasakan langsung emosi, ketakutan, kekecewaan, dan pengharapan. 
Bahkan di cerita ‘Bangkit Dari Kematian’, saya merasakan kesedihan yang mendalam untuk arwah si istri, yang mendapatkan dua kali penolakan, saat masih hidup dan setelah meninggal, hehe.. Belum lagi pengen ketawa, pas baca cerita ‘Kisah Si Hantu’ yang kena dikibulin, hahaha…
Mau buktiin seberapa seramnya kisah-kisah di buku ini? Baca aja! Pasti deh, bakal merinding. Apalagi kalau bacanya sendirian di ruangan sepi, siap-siap muncul bayangan atau ada yang nyolek dari belakang. Whoaaaa…

Similar Posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *